PENELITIAN BSA
DAN DUNIA AKADEMIK
Oleh : Tutur
Ahsanil Mustofa
A.
Pendahuluan
Ilmu pengetahuan semakin hari semakin
berkembang, bahkan bisa dikatakan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai
disiplin keilmuan mualai banyak diminati dan dikaji oleh para ilmuwan-ilmuwan,
mahasiswa-mahasiswa dan para penuntut ilmu lainnya. Seakan-akan apabila kita
telusuri keilmuan tersebut kita tidak akan pernah menemukan ujungnya,
dikarenakan sangat dinamis dan selalu mengalami perkembangan. Pengembangan ilmu
pengetahuan sendiri tidak hanya sekedar hasil renungan atau kontemplasi dari
para ilmuwan untuk mengukuhkan identitas diri. Penelitian merupakan landasan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Adapun pengembangan ilmu pengetahuan
sendiri bisa dilakukan dengan berbagai cara dan pendekatan penelitian dengan
memperhatikan manfaat atau sumbangannya dalam memperbaiki kehidupan.[1]
Penelitian menjadi bagian terpenting
didalam dunia akademik, karena dengan adanya penelitian seseorang bisa
dikatakan sebagai seorang intelektual dan penelitian juga bisa berdampak pada
pengembangan lembaga pada institusi akademik. Semakin bnyak penelitian yang
dilakukan dan hasilnya bagus maka semakin diakui institusi tersebut. Kualitas
institusi akademik bisa diukur oleh banyaknya karya-karya yang dihasilkan
melalui penelitian. Dan gagalnya sebuah lembaga atau institusi dikarenakan
minimnya penelitian yang dilakukan.
Seperti yang kita ketahui, hampir semua
lembaga atau institusi akademik mewajibkan mahasiswa-mahasiswanya atau
staf-stafnya untuk selalu melakukan sebuah riset. Didalam dunia kampus, seorang
mahasiswa diharuskan membuat makalah, skripsi, tesis dan disertasi. Adapun di
lembaga-lembaga penelitian selalu berusaha untuk melakukan penelitian agar bisa
menjadi sumbangsih terhadap disiplin keilmuan-keilmuan tertentu. Banyak kita
temui lembaga-lembaga pendidikan menyediakan anggaran lebih kepada mahasiswa,
atau dosen-Dosennya untuk sesering mungkin melakukan penelitian. Bisa melalui
perpustakaan dan bisa juga turun ke lapangan.
Seseorang pun belum bisa dikatakan
seorang yang akademis dan intelektual jika orang tersebut belum mepunyai karya
berupa penelitian yang dibukukan. Semakin banyak penelitian yang dilakukan
semakin menanjak pula tingkat dan kualitas keilmuan orang tersebut. Akan tetapi
tidak sedikit kita menjumpai orang-orang yang takut untuk melakukan riset,
bahkan mendengarnya pun menjadi sesuatu yang seram.[2]
Kata riset selalu memberi inspirasi yang aneh.
Dalam penelitian yang sesungguhnya yang
muncul secara ekplisit, terkandung dalam butir-butir penelitian hanya metode
dan teknik. Sesuai dengan hakikatnya, metodologi dan pendekatan merupakan
pemahaman implisit yang dengan sendirinya terlaksana secara tidak langsung. Ada
tiga subjek yang memanfaatkan metode dan teknik, yaitu pengarang, pembaca dan
peneliti. Baik pengarang maupun pembaca, sebagai penulis dan penikmat, keduanya
memanfaatkan metode dan teknik secara implisit. Benar, pengarang didominasi
oleh imajinasi dan kreativitas, dengan kebebasan seluas-luasnya, tetapi tanpa
disertai dengan cara-cara bagaimana sesuatu bentuk karya seni diciptakan, maka
hasil karya tidak akan terwujud demikian halnya dengan pembaca. Membaca karya
sastra bukanlah pekerjaan yang mudah. Membutuhkan persiapan, strategi agar
karya seni dapat dipahami.[3]
Adapun bagi seorang peneliti, keperluan
terhadap keempat komponen tersebut khususnya metode dan teknik sangat jelas
sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi. Keberhasilan suatu penelitian
ditentukan melalui bagaimana suatu analisis dilakukan, dalam hubungan ini
operasionalisasi teori, metode, teknik dan instrumen lain sebagai alat dan
data-data formal sebagai objek kajian.[4]
B.
Metode
dan penelitian
Metode berasal dari kata methodos, bahas
latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos.
Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah sedangkan hodos berarti jalan,
cara, arah. Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara,
strategi-strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk
memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya.[5]
Fungsi metode berarti
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Adapun pengertian dan definisi metode
menurut para ahli antara lain :
1.
Rothwell & Kazanas Metode adalah cara, pendekatan, atau proses
untuk menyampaikan informasi.
2. Titus Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang
tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
Penelitian atau riset berasal dari bahasa
inggris research yang artinya adalah proses pengumpulan informasi dengan tujuan
meningkatkan, memodifikasi atau mengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok
penyelidikan.
Pada dasarnya riset atau penelitian adalah
setiap proses yang menghasilkan ilmu pengetahuan. Adapun pengertian penelitian
menurut para ahli adalah :
1. Fellin,
Tripodi & Meyer (1996) Penelitian adalah suatu cara
sistematik untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan
pengetahuan yang dapat di sampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi)
oleh peneliti lain.
2.
Kerlinger (1986: 17-18) Penelitian adalah investigasi yang sistematis,
terkontrol, empiris dan kritis dari suatu proposisi hipotesis mengenai hubungan
tertentu antar fenomena.[6]
C.
Macam-macam
metode penelitian dalam bahasa dan sastra
Biasanya di dalam meneliti sebuah bahasa
dan sastra digunakan metode-metode di bawah ini :
1. Metode Intuitif
: metode ini dianggap sebagai kemampuan dasar manusia dalam upaya memahami
unsur- unsur kebudayaan. Manusia memahami kebudayaan jelas dengan pikiran dan
perasaannya, yaitu dengan intuisi, penafsiran, unsur-unsur, sebab akibat dan
seterusnya. Metode ini jelas digunakan untuk memahami sastra, khususnya sastra
Indonesia sebelum lahirnya strukturalisme.
2. Metode
hermeneutika : secara etimologis hermeneutika
berasal dari kata hermeneuein, bahasa Yunani, yang berarti menafsirkan atau menginterpretasikan.
Secara mitologis, hermeneutika dikaitkan dengan Hermes, nama dewi Yunani yang
menyampaikan pesan Illahi kepada manusia. Pada dasarnya medium pesan adalah
bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab di
satu pihak karya sastra sendiri adalah bahasa, dipihak lain, didalam bahasa
sangat bnyak makna yang tersembunyi atau dengan sengaja disembunyikan.
Hermeneutika modern baru berkembang abad ke-19 melalui gagasan Scheleiermacher,
Dilthey, heidegger, Gadamer dan sebagainya (Winfried North, 1990 : 334-336).
Dikaitkan dengan fungsi
utama hermeneutika sebagai metode untuk memahami agama, maka metode ini
dianggap tepat untuk memahami karya sastra dengan pertimbangan bahwa karya
tulis, yang berdekatan dengan agama adalah karya sastra.
3. Metode
Kualitatif : metode ini memberikan perhatian terhadap data
alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Cara-cara inilah
yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab penelitian
pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan. Dalam
penelitian karya sastra misalnya, akan dilibatkan pengarang, lingkungan sosial
dimana pengarang berada, termasuk unsur-unsur kebudayaan pada umumnya.
Landasan berfikir
metode kualitatif adalah paradigma positivisme Max Weber, Immanuel Kant dan
Wilhelm Dilthey (Moleong, 1989 : 10-11). Objek penelitian bukan gejala sosial
sebagai bentuk substantif, melainkan makna-makna yang terkandung di balik
tindakan, yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut.
Ciri-ciri terpenting
metode kualitatif sebagai berikut :
a.
Memberikan
perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai denmgan hakikat objek, yaitu
dengan studi kultural.
b.
Lebih
mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian sehingga makna selalu
berubah.
c.
Tidak ada jarak
antara subjek peneliti dengan objek penelitian, subjek peneliti sebagai
instrumen utama, sehingga terjadi interaksi langsung diantraanya.
d.
Desain dan
kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian bersifat terbuka.
e.
Penelitian
bersifat alamiah, terjadi dalam kontek sosial budayanya masing-masing.
4.
Metode
analisis isi :
isi dalam metode analisis isi
terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah
isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah
pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi. Isi laten adalah
isi bagaimana dimaksudkan oleh penulis, sedangkan isi komunikasi adalah isi
sebagaimana terwujud dalam hubungan naskah dengan konsumen. Objek formal metode
analisis ini adalah isi komunikasi. Analisis terhadap isi laten akan
menghasilkan arti sedangkan analisis terhadap isi akan menghsilkan makna.
5. Metode
Formal : secara Etimologis formal berasal dari kata forma (Latin), berarti
bentuk, Wujud. Metode Formal adalah analisis dengan mempertimbangkan
aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur karya sastra. Tjuan
metode formal adalah studi ilmiah mengenai sastra dengan memperhatikan
sifat-sifat teks yang dianggap artistik. Metode formal adalah cara-cara
penyajian dengan memanfaatkan tanda dan lambang.
6. Metode
deskriptif Analisis : metode ini diperoleh melalui
penggabungan dua metode, dengan syarat kedua metode tidak bertentangan. Metode
deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskrisikan fakta-fakta yang
kemudian disusul dengan dengan analisis.[7]
D. Tahap-tahap penelitian
Pada umumnya suatu penelitian dapat
diperinci dalam tujuh tahap yang mana satu sama lain saling bergantung dan
berhubungan. Dengan kata lain, masing-masing tahap itu saling mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh tahap-tahap yang lain. Kesadaran terhadap keadaan ini membuat seorang peneliti lebih bijaksana dalam mengambil keputusan pada setiap tahap
penelitian. Adapun tujuh tahap itu sebagai berikut:
1.
Perencanaan
2.
Pengkajian
secara teliti terhadap rencana penelitian
3.
Pengambilan
Contoh
4.
Penyusunan
daftar pertanyaan
5.
Kerja lapangan
6.
Editing
7.
Analisis dan
laporan
Daftar pustaka
Pedoman
Akademik, program Starata 1 2013/2014. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Conny
R. Semiawan, Catatan Kecil tentang
Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, KENCANA PRENADA MEDIA GROUP,
JAKARTA 2007.
Loraine
Blaxter, Christina Hughes dan Malcolm Thight, How to research (Edisi Kedua) seluk-beluk melakukan Riset. PT Indeks
Kelompok Gramedia 2006.
Prof.
Dr. Nyoman Kutha Ratna, SU, Teori,
Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar, Yogjakarta 2007.
Asep
Solihin, Metode Penelitian. htm
[1] Conny r. Semiawan, catatan kecil tentang penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Hal Viii
[2] Loraine Blaxter, Christina Hughes dan Malcolm
Thight, How to Research, seluk beluk
melakukan Riset. Hal 4.
[3] Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna,SU, Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Hal 34
[4] Ibid. Hal 35.
[5] ibid. Hal 37.
[6] Asep sholihin, metode penelitian.
[7] Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna,SU, teori,
metode dan teknik penelitian sastra 43-52