Senin, 13 April 2015

Sayyid Ahmad Khan



A.    pendahuluan
Bangsa Inggris semenjak permulaan abad 17 telah tiba di India sebagai pedagang dengan angkatannya yang bernama "The East India Company" mengetahui pertentangan-pertentangan antara sesama wilayah bawahan kesultanan Islam di satu pihak, dan antara kesultanan Islam dan bekas kerajaan Hindu sebagai taklukannya di pihak lain, akhirnya bangsa Inggris melaksanakan politik menggali di air keruh. Selera mereka tumbuh hendak menguasai wilayah, terutama di sekitar pabrik-pabrik yang telah mereka dirikan. Dengan politik adu domba yang lihai mereka berhasil. Madras dikuasai pada tahun 1639. Kota Bombay tahun 1660 jatuh pula ke tangan mereka.
Demikianlah selanjutnya dengan kekuatan angkatan bersenjata, politik adu-domba dan senjata uang, kekuasaan hakiki kesultanan Islam Munghal dilumpuhkan. Walupun sesekali memberontak, tetapi tetap bisa dikalahakan oleh Inggris. Hal yang sama diderita pula oleh raja-raja Hindu, seperti kerajaan Maratha, yang mencoba melawan Inggris pada tahun 1817-1818. Begitu juga pada tanggal 10 Mei 1857 umat Hindu dan umat Islam mengadakan pemberontakan terhadap penguasa Inggris namun masih belum mendapatkan hasil.
Setelah hancunya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai akibat dari pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin umat Islam India.[1] Ahmad Khan, tokoh pembaruan yang berusaha mendekati pemerintahan Inggris. Ahmad Khan berpendapat bahwa menentang kekuasaan Inggeris tidak akan membawa kebaikan bagi ummat Islam India, tetapi akan menjadikan umat Islam semakin mundur serta akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India. Selain itu dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk di dalamnya Inggris, adalah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sehingga untuk mendapatkan kemajuan, umat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh ummat Islam memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
Gerakan pembaharuan Islam di India dilatar belakangi oleh: ajaran Islam sudah bercampur baur dengan paham dan praktek keagamaan dari Persia, Hindu atau Animisme dan lain – lain, pintu ijtihad tertutup, kemajuan kebudayaan dan peradaban Barat telah dapat dirasakan oleh orang-orang India, baik orang Hindu maupun kaum Muslimin, namun orang Hindu-lah yang banyak menyerap peradaban Barat, sehingga orang Hindu lebih maju dari orang Islam dan lebih banyak dapat bekerja di Kantor Inggris.[2]
Apa yang dilakukan oleh Ahmad Khan menunjukkan bahwa ia adalah seorang intelektual muslim sejati. Ini dapat terlihat dari sikapnya yang terbuka terhadap hal dari luar, ia bersedia mendengarkan segala hal diluar komunitasnya (islam), ia tidak cepat apriori terhadap pengaruh tersebut sebagaimana para ahli agama waktu itu, namun ia pikirkan pengaruh itu dan ia mengambil kesimpulan bahwa yang diajarkan inggris mengenai ilmu pengetahuan dan tehnologi harus dipelajari dan dikuasai oleh umat Islam. Karakteristik yang penting adalah kejujuran dan kesetiaan pada cita-citanya untuk membangun India setarap dengan bangsa-bangsa lain di Dunia dengan mendirikan lembaga pendidikan Aligarth College sebagai basis kaderisasi anak bangsa dimasa mendatang.

B.     Biografi Sayyid Ahmad Khan
Sir Sayyid Ahmad Khan dikenal sebagai seorang tokoh pembaru di kalangan umat Islam India pada abad ke-19. Dia dilahirkan di India pada 6 Dzulhijjah 1232 Hijriyah atau 17 Oktober 1817 Masehi di kota Delhi[3] dan meninggal dunia pada 27 Maret 1898 M, pada usia 81 tahun. Ayahnya Mir Muttaqi, seorang pertapa salih, yang sangat besar pengaruhnya di Istana Kaisar, Mughal Akbar Shah II.[4] Setelah mengundurkan diri dari jabatannya, ia menghabiskan hampir seluruh waktunya bersama Ghulam Ali seorang suci Mujaddid pada saat itu. Ahmad Khan muda menjadi orang yang salih karena ajaran Shah Ghulam Ali. Ahmad Khan belajar ilmu kenegaraan dan diperkenalkan pada kebudayaan Barat oleh Kakeknya dari pihak ibu, khawaja Fariduddin yang selama delapan tahun menjadi perdana menteri kaisar Mughal Akbar II.[5] Dari garis bapaknya, Ahmad Khan keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW melalui Husein ra. Oleh karena itu ia boleh memakai gelar sayyid. Ia pun mendapat gelar Sir dari kerajaan Inggris atas jasanya menjalin hubungan baik antara masyarakat Islam dengan kerajaan Inggris di tengah mayoritas Hindu di India.[6]
Ahmad Khan mendapat didikan tradisional dalam pendidikan agama dimulai dari membaca Al-Quran. Setelah itu ia melanjutkan studinya ke maktab. Disini ia belajar bahasa Persia, Arab dan matematika, disamping itu Geometri dan ilmu kedokteran juga dipelajarinya. Pendidikan formalnya berakhir ketika ia berusia 18 tahun. Peristiwa kematian ayahnya pada 1838 M membawa perubahan besar dalam hidupnya. Kenyataan ini berdampak Psikologi dan Finansial terhadap keluarganya. Karena ia memutuskan untuk bekerja pada serikat india timur meskipun keluarganya tidak menyetujuinya, karena diantara mereka masih ada perasaan anti Inggris. Kemudian ia bekerja sebagai hakim. Tahun 1846 ia kembali ke delhi Untuk melanjutkan pendidikannya.[7] Ketika terjadi pemberontakan umat Hindu dan umat Islam terhadap penguasa Inggris pada tanggal 10 Mei 1857, Ahmad Khan berada di Bignaur sebagai salah seorang pegawai peradilan.
Dalam peristiwa ini dia tidak ikut memberontak, bahkan banyak membantu melepaskan orang-orang Inggris yang teraniaya di Bignaur. Atas jasa-jasanya, pemerintah Inggris menganugerahkan gelar Sir dan memberikan berbagai hadiah kepadanya. Ahmad Khan menerima gelar tersebut, tetapi dia menolak hadiah-hadiah itu, kecuali kesempatan untuk berkunjung ke Inggris pada tahun 1869. Kesempatan tersebut dimanfaatkan olehnya untuk meneliti lebih jauh sistem pendidikan serta menyaksikan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Inggris.[8]
C.    Gerakan Alighar
Ide-ide pembaharuan yang dicetuskan oleh Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan selanjutnya oleh murid serta pengikut dan timbullah apa yang dikenal dengan gerakan Alighar. Pusatnya ialah sekolah MAOC yang didirikan pemimpin pembaharuan Islam India itu di Alighar. Setelah ditingkatkan menjadi Universitas, dengan nama Universitas Islam Alighar di tahun 1920, perguruan tinggi ini meneruskan tradisi sebagai pusat gerakan pembaharuan Islam di India.  Gerakan Alighar inilah yang menjadi penggerak Utama bagi terwujudnya pembaharuan di kalangan Umat Islam India. Tanpa adanya gerakan ini, ide-ide pembaharuan selanjutnya seperti yang dicetuskan oleh Amir Ali, Muhammad Iqbal, maulana Abul kalam Azad dan sebagainya tidak akan timbul. Gerakan ini pula yang meningkatkan ummat Islam india dari masyarakat yang mundur menjadi masyarakat yang bangkit menuju kemajuan. Ini menjadi besar pengaruhnya bagi golongan intelegensia Islam India.[9]
Setelah Sayyid Ahmad Khan menghadapi masa tus, pimpinan MAOC pindah tangan ke Sayyid Ali yang dikenal dengan nama Nawab Muhsin Al-Mulk (1837-1907). Pada mulanya ia adalah pegawai serikat India ti ur, keudian menjadi pembesar di Hyderabad. Ia pernah berkunjung ke Inggris untuk keperluan pemerintah Hyderabad. Di tahun 1863 ia berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan antara keduanya terjalin tali persahabatan yang erat. Ia pindah ke Alighar dan menetap disana mulai dari tahun 1893. Di tahun 1897 ia menggantikan kedudukan Sayyid Ahmad Khan di MAOC. Nawab Muhsin Al-Mulk besar jasanya dalam menyebarkan ide-ide Sayyid Ahmad Khan dan ini dilakukannya melalui Muhammedan Educational Conference. Ia pula yang dapat membuat golongan ulama India merubah sikap keras mereka terhadap gerakan Alighar. Ia berhasil mempopulerkan gerakan Alighar dengan semakin banyak jumlah muridnya, di zamannya muridnya mencapai 800 yang sebelumnya 300an, dia pun tidak segan untuk ikut terjun di dalam dunia politik.
Pimpinan lain yang berpengaruh adalah Viqar Al-Mulk (1841-1917). Ia semenjak muda telah menjadi pembantu dan pengikut Sayyid Ahmad Khan. Di tahun 1907 ia menggantikan Nawab Muhsin Al-Mulk dalam pimpinan MAOC. Dimasanya kekuasaan direktur yang dipegang oleh Inggris berkurang. Ini yang menyebabkan antaranya dan direktur dari Inggris mulai bersitegang yang berakhir dengan mundurnya orang Inggris dari jabatan direktur.
Di masa pimpinan Viqar Al-Mulk, ketergantungan Gerakan Alighar kepada Inggris mulai berkurang dan tidak lagi sekeras di zaman Sayyid Ahmad Khan. Terhadap pendidikan wanita ia lebih progresif dari Sayyid Ahmad Khan yang memandang bahwa kaum wanita belum perlu mendapatkan pendidikan seperti kaum lelaki. Dalam sosial politik ia berpendapat bahwa Ummat Islam India merupakan suatu kesatuan tersendiri di samping Umat Hindu tetapi tidak anti Hindu.
Adapun cirri-ciri pokok gerakan Aligarh sebagaimana yang disampaikan oleh Mustafa Khan dalam An Apology for the New Light 1891 yaitu:
1.      Gerakan ini ingin mengadopsi berbagai macam peradaban Eropa.
2.      Gerakan ini menginginkan adanya perbaikan kondisi sosial, terutama sosial minoritas Muslim India.
3.      Gerakan ini menginginkan adanya perubahan pemahaman keagamaan dari yang bercorak tradisional menuju corak modern.
Diantara pemimpin-pemimpin gerakan Alighar adalah:
1.      Sir Sayyid Ahmad Khan
2.      Sayyid Mahdi Ali atau Nawab Muhsin Al-Mulk
3.      Viqar Al-Mulk
4.      Altaf Husain Hali
5.      Muhammad Syibli Nu’mani
D. Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan: Bidang Politik
Pada tahun 1857, di India pemberontakan antara penduduk India yang beragama Hindu dan kelompok Mujahiddin. Peristiwa 1857 ini dalam sejarah India dikenal dengan nama pemberontakan 1857. Pemberontakan ini sebenarnya diawali oleh kelompok Sikh Hindu yang merasa kekuatan dan pengaruhnya mulai berkurang, karena gencarnya dakwah Islam yang dipelopori oleh kelompok Mujahiddin yang berhasil mengangkat Bahadursyah sebagai raja dengan cara masuk menjadi anggota pasukan militer Inggris. Pemberontakan ini mengalami kegagalan, dan para pemimpin Mujahiddin yang tertangkap kemudian dibuang. Di pihak Inggris, Islamlah yang dianggap pemicu sehingga Inggris berusaha menghancurkan orang Muslim, dan sebagai alasannya adalah disebabkan karena Bahadur Syah turut serta dalam pemberontakan.
Dalam peristiwa pemberontakan ini, Sayyid Ahmad Khan, mengambil posisi pada pihak Inggris, dengan tujuan memberi penjelasan bahwa sebenarnya orang-orang Islam bukanlah pencetus dari peristiwa tersebut. Bukti keberpihakan Sayyid Ahmad Khan terhadap Inggris adalah membebaskan pasukan Inggris yang ditawan pasukan sisa-sisa Mujahiddin. Sikap yang ditetapkan oleh Sayyid Ahmad Khan ini secara lansung membawa hasil yang baik bagi orang Islam. Penguasa Inggris yang pada awalnya memihak dan terhasut oleh orang-orang Hindu bisa menjadi simpati terhadap orang Islam, bahkan Sayyid Ahmad Khan diberi gelar penghormatan dan kedudukan oleh penguasa Inggris. Peranan yang dimainkan oleh Sayyid Ahmad Khan ini dilakukan atas dasar suatu kesadaran politik bahwa India (khususnya umat Islam) tidak akan mampu berhadapan dengan kekuatan Inggris. Oleh karena itu, India harus berhadapan dengan kekuatan Inggris. Oleh karena itu, India harus memperlakukan Inggris sebagai mitra dalam upaya menjalin kerja sama untuk tujuan-tujuan yang lebih luas demi kepentingan India sendiri. Peranan ini berhasil ia mainkan dan ia mampu mengubah pandangan Inggris terhadap umat Islam. Ia bahkan menyatakan bahwa pemerintah Inggris adalah pemerintah yang sah, yang didalamnya orang Islam bisa hidup damai.
Di masa pemberontakan 1857 ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris menggangap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggris kepadanya dapat ia tolak. Gelar Sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat ia terima. Hubungannya dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat Islam India.
Ia berusaha menyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, umat Islam tidak memainkan peranan utama. Untuk itu ia keluarkan pamflet yang mengandung penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada pecahnya pemberontakan 1857. Di antara sebab-sebab yang ia sebut adalah yang berikut:
1.      Intervensi Inggris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris, pembentukan sekolah-sekolah misi Kristen, dan penghapusan pendidikan agama dari perguruan-perguruan tinggi.
2.      Tidak turut sertanya orang-orang India, baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat, hal yang membawa kepada:
a.    Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka anggap    Inggris datang untuk meroboh agama mereka menjadi Kristen.
b.    Pemerintah Inggris tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat India.
3.      Pemerintah Inggris tidak berusaha mengikat tali persahabatan dengan rakyat India, sedang kestabilan dalam pemerintahan bergantung pada hubungan baik dengan rakyat. Sikap tidak menghargai dan tidak menghormati rakyat India, membawa kepada akibat yang tidak baik.[10]
Dalam pada itu ia mengakui bahwa diantara golongan Islam yang turut dalam pemberontakan 1857 ada yang melakukan perbuatan-perbuatan tidak baik dan tercela, dan perbuatan itu di ca sebagai tindakan kriminal. Tetapi kalau hanya segolongan umat Islam yang bersalah tidaklah pada tempatnya untuk mengngap semua umat Islam di India salah dan Inggris tidak berhak menaruh rasa curiga terhadap umat Islam India. Dengan usaha dan sikap setia yang ia tunjukkan kepada Inggris Ahmad Khan berhasil merubah pandangan Inggris terhadap Umat Islam India. Kepada para umat Islam dilarang untuk melawan melainkan bersikap teman dan bersahabat dengan pemerintahan Ingggris. Dan cita-citanya pun berhasil untuk menyatukan umat Islam India dengan Inggris.

E.     Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan: Bidang pemikiran Keagamaan
sebelum tahun 1857 ketika Ahmad Khan menetap di Delhi 1817-1857, ia merupakan sosok muslim tradisionalis. Pemikiran keagamaannya apabila dilihat pada tema-tema tulisannya sangat bercorak puritan, sectarian dan apologetic. Meskipun demikian sejak permulaan abad ke-19 umat Islam India telah melakukan kontak dengan Inggris, pemikiran keislaman Ahmad Khan selama periode ini belum terpengaruh dengan suasana yang mengitarinya. Sumber Inspirasi pemikirannya ialah gerakan pembaharuan keagamaan yang dipelopori oleh Shah Waliyullah dan gerakan Wahabi. Pemikiran keagamaannya selama periode ini secara luas terefleksi dalam tulisannya sebelum tahun 1857, seperti dalam buku Jilaul Qulub bi Zik al-Mahbub (menyucikan hati dengan mengingat yang dicintai). Buku ini berisi cerita kelahiran, wafat, wahyu dan peristiwa-pwristiwa yang dialami Nabi Muhammad. Setelah revolusi 1857, Ahmad Khan benar-benar menjalin Kerjasama dengan pihak Inggris. Sebagai hasil hubungan baik itu ia diberi kesempatan mengadakan lawatan ke Inggris. Disini ia melihat kemunduran bangsanya bila dibandingkan dengan negara lain, peristiwa ini memberikan nuansa baru di dalam pemikiran dan pola pikirnya.[11]
Sayyid Ahmad Khan melihat fakta bahwa Umat Islam India mengalami kemunduran dikarenakn tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat. Dasar perdaban baru ini adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan tknologi modern adalah hasil pikiran manusia. Oleh karena itu akal mendapat penghargaan tinggi bagi sayyid ahmad Khan. Tetapi sebagai orang Islam yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak terbatas. Karena ia percaya pada kekuatan dan kebebasan akal, meskipun mempunyai batas. Ia percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menetukan kehendak dalam melakukan perbuatan. Dalam kata lain ia mempunya faham qadariyah (free will dan free act) dan tidak paham jabariyah atau fatalisme. Manusia, menurutnya dianugerahi oleh daya-daya diantaranya daya berfikir disebut akal dan daya fisik untuk menentukan kehendaknya dan manusia mempunyai kebebasan untuk mempergunakan daya-daya yang diberikan kepadanya. Maka menurut Ahmad Khan akal harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.[12] Ada juga yang mengatakan bahwasannya Sayyid Ahmad Khan dan Muhammad Iqbal termasuk penggemar Falsafat Barat sehinnga tidak mengherankan berbagai aliran falsafat Anglo-Saxon menjaadi pengaruh Utama di universitas-universitas Sampai sekarang.[13]
Sejalan dengan faham qadariyah (manusia mempunya kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya)[14] yang dianutnya, ia percaya bahwa bagi tiap makhluk tuhan telah menentukan tabi’at atau naturnya. Dan natur yang ditentukan Tuhan yang dalam Al-Quran disebut Sunnah Allah tidak berubah. Islam adalah agama yang mempunyai paham hukum alam. Antara hukum alam, sebagai ciptaan Tuhandan Al-Quran sebagai sabda tuhan tidak ada pertentangan dan keduanya mesti sejalan.
Adapun Alam menurut Sayyid Ahmad Khan berjalan dan beredar sesuai dengan hukum alam yang telah ditentukan oleh tuhan. Segalanya dalam alam terjadi menurut hukum sebab akibat, tetapi wujud semuanya tergantung pada sebab pertama (Tuhan). Kalau ada sesuatu yang terputus hubungannya dengan sebab pertama, wujud sesuatu itu akan lenyap. Karena kuatnya kepercayaannya pada hukum alam dan kerasnya ia mempertahankan konsep hukum alam, itu dianggap kafir oleh golongan Islam yang belum menerima. Bagi mereka percaya pada hukum kepada keyakinan tidak adanya Tuhan. kepadanya diberi julukan Nechari, kata Urdu yang berasal dari Inggris, nature dalam laws of nature sewaktu Jamaluddin Al-Afghani berkunjung ke India di tahun 1869 tuduhan golongan Islam diatas disampaikan kepadanya dan sebagai jawaban ia keluarkan bukunya Al-Radd ‘ala Al-Dahriyyin (jawaban bagi kaum materialis).
Sejalan dengan Ide diatas ia menolak faham taqlid bahkan tidak segan-segan menyerang paham ini, sumber ajaran dalam Islam hanyalah Al-Quran dan Hadis. Pendapat ulama di masa lampautidak mengikat bagi umat Islam dan diantara pendapat mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman modern dan itu dapat ditinggalkan. Masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan dan oleh karena itu perlu diadakan ijtihad baru untuk pelaksanaan ajaran-ajaran dengan kondisi masyarakat yang berubah. Dalam mengadakan ijtihad, ijma’ dan qiyas baginya tidak merupakan sumber ajaran Islam yang absolut. Hadis juga tidak semuanya  bisa diterima karena ada hadis buat-buatan bahkan palsu. Ia kan menerima hadis setelah dilakukan penelitian terhadapnya.
Inilah pokok-pokok pemikiran  Sayyid Ahmad Khan mengenai pembaharuan dalam Islam. Ide –ide yang dimajukannya banyak kesamaan dengan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir.[15] Keduanya sama-sama memberi penghargaan tinggi pada akal, sama-sama menganut qadariyah, sama-sama percaya pada hukum alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang Taqlid dan sama-sama membuka pintu ijtihad.[16]
F.      Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan: Bidang Pendidikan
Sayyid Ahmad khan berpendapat lewat tulisannya dalam buku Tazib Al-Akhlaq, cara mengubah mental yang tepat memang melalui pendidikan. Di tahun 1861 ia dirikan sekolah Inggris di Muradabad. Di tahun 1876 ia diminta berhenti sebagai pegawai pemerintahan Inggris dan sampai akhir hayatnya di tahun 1898, ia mementingkan pendidikan umat Islam di India. Di tahun 1878, ia mendirikan sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (M.A.O.C) di Alighar yang merupakan karyanya yang bersejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan Umat Islam India. Menurut penulis I.H.Qureshi, sekolah itu mempunyai peranan penting dalam kebangkitan ummat Islam India dan sekiranya tidak karena sekolah itu umat Islam India di Pakistan sekarang akan jauh lebih ketinggalan dari umat lainnya.
MAOC dibentuk sesuai dengan model sekolah di Inggris dan bahasa yang dipakai didalamnya dalah bahasa Inggris. Direkturnya berbangsa Inggris dan stafnya banyak orang berbangsa Inggris. Ilmu pengetahuan modern merupakan sebahagian besar dari mata pelajaran yang diberikan akan tetapi pendidikan agama tidak diabaikan. Di MAOC pendidikan agama Islam dan ketaatan siswa menjalankan ajaran agama diperhatikan dan dipentingkan. Sekolah tersebut terbuka bukan hanya untuk orang Islam melainkan Hindu, Parisi dan Kristen. Sebelumnya di Tahun 1969/1970 Sayyid Ahmad Khan telah berkunjung ke Inggris, antara lain untuk mempelajari sistem pendidikan barat. Sekembalinya dari kunjungan itu ia membentuk panitia peningkatan pendidikan ummat Islam. Salah satu tujuan panitia adalah menyelidiki sebabnya umat islam India sedikit sekali memasuki sekolah-sekolah pemerintahan. Di samping itu dibentuk pula panitia dana pembentukan perguruan tinggi Islam. Di tahun 1886 ia bentuk Muhammedan Educational Conference dalam usaha mewujudkan pendidikan nasional dan seragam untuk umat Islam India. Program dari lembaga ini ialah menyebar-luaskan pendidikan barat di kalangan umat Islam, menyelidiki pendidikan yang diberikan di sekolah-sekolah Inggris yang didirikan oleh golongan Islam dan menunjang pendidikan agama yng diberikan di sekolah-sekolah swasta.
Perhatian Sayyid Ahmad Khan terhadap pendidikan Ummat Islam memang besar, tetapi pengaruhnya tidak terbatas dalam dunia pendidikan saja. Melalui buku karangannya dan tulisannya di Tahzib Al-Akhlaq ide-ide pembaharuan yang dicetuskannya menarik perhatian golongan terpelajar Islam India. Karena mereka lebih mudah menerima tafsiran baru dibandingkan tafsiran-tafsiran lama.[17]
Aligharth College adalah karya besar Akhmad Khan dalam bidang pendidikan. Aligarth merupakan lembaga pendidikan Islam modern yang dikembangkan olehnya dari hasil studi panjangnya di Inggris. Sistem pendidikannya berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang ada pada waktu itu. Perbedaan tersebut nampak dalam hal materi dan tujuan pendidikan.
Dari segi materi Aligarth memasukkan pengetahuan umum (ilmu pengetahuan umum dan tehnologi) dalam pembelajarannya. Dengan memberikan pelajaran umum ini Ahmad Khan menginginkan hilangnya dikotomi ilmu yang ada pada benak dan pikiran masyarakat Islam India. Terlihat dari penyusunan cabang ilmu pegetahuan yang diajarkan di Aligarth. Dalam susunan itu ilmu-ilmu agama dijadikan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, bukan menjadi cabang tersendiri yang terpisah dari ilmu pengetahuan yang lain. Akhmad Khan tidak menginginkan adanya keterpisahan ilmu pengetahuan dalam pandangan umat Islam India.
Dari sudut tujuan, Aligarth College memiliki tujuan yang bebeda dengan lembaga pendidikan Islam mainstrem. Ia memiliki tujuan membentuk ulama intelek, yaitu orang yang memiliki keahlian dalam bidang pengetahuan agama dan juga mahir dalam ilmu pengetahuan umum. Dengan demikian diharapkan lulusan Aligarth College memiliki intelegensi yang tinggi dan adaptif dengan perkembangan zaman dan peradaban modern dengan kepribadian muslim. Perbedaan dengan lembaga pendidikan Islam mainstrem terlihat dari penambahan ilmu pengetahuan umum yang pada era ini sama sekali tidak tersentuh oleh lembaga pendidikan Islam yang lain.
Kiprah perguruan tinggi inilah yang membuatnya dijuluki sebagai bapak pendidikan modern India. Sejumlah tokoh penting pernah mempunyai sangkutan sejarah dengan perguruan tinggi ini, Sebut misalnya tokoh pergerakan nomor satu India mahatma Gandhi dan Ishwari Prasad. Mantan presiden India, Zakir Hussain dan presiden Maldives, Abdul Ghayoom juga pernah tercatat sebagai siswa perguruan tinggi ini. Perguruan tinggi ini memiliki 12 fakultas yang semuanya diunggulkan,yaitu seni budaya, ilmu sosial, sains, Life Sciences, bisnis, teknik dan teknologi, kedokteran, pengobatan tradisional, hukum, pertanian, manajemen, dan teologi. Saat ini, mahasiswa di Aligarh datang dari seluruh dunia, terutama Asia Barat, Asia Tenggara, dan Afrika.
Sayyid Ahmad Khan memang berpendapat bahwa pendidikanlah satu-satunya jalan bagi Ummat Islam India untuk mencapai kemajuan. Kemajuan tidak akan bisa dicapai melalui jalan politik. Oleh karena itu ia menganjurkan supaya ummat Islam India jangan turut campur dalam agitasi politik yang dilancarkan partai kongres. Namun usaha-usaha untuk merubah sikapnya terhadap partai Kongres tidak berhasil. Ia mengatakan Partai Kongres hanya akan merugikan umat Islam di India karena tidak ada dasar yang tetap.
G.    Pemikiran Sosial dan reformasi
Pemikiran sosial Ahmad Khan sangat erat kaitannya dengan pemikiran keagamaannya, sangat modern dan rasional. Hal ini terlihat pada konsepnya bahwa kemajuan Barat itu bukan karena Kristennya, tetapi kemajuan itu diraih dengan kemampuan intelektual sehingga dapat dikembangkan sains dan teknologi dan umat Islam mampu berbuat seperti itu. Islam sebagai agama monoteisme sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ia memberi kebebasan kepada manusia menentukan kehendaknya sendiri asal tidak mengganggu hak asasi manusia yang lain. Agama Islam sangat toleran dan Hormat terhadap agama lain. Demikian pula penghormatan yang diberikan Islam kepada selain Nabi Muhammad SAW sama halnya sebagai menghormati Nabi Muhammad, Ahmad Khan melakukan di dalam masyarakat supaya mereka mengikuti. Meskipun demikian antara umat Hindu dan Islam terdapat perbedaan-perbedaan. Dari segi akidah dan sosial, dari segi sosial golongan Islam adalah minoritas, sedangkan umat Hindu mayoritas. Kelompok minoritas tidak yakin bahwa dikemudian hari kelompok mayoritas akan bersikap adil dalam menjalani konstelasi politiknya, maka Ahmad Khan mendekati Inggris dengan dua pertimbangan. Pertama, Inggris merupakan bangsa yang lebih kuat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan India, menentangnya jelas merugikan umat Muslim India. Kedua, mendekati Inggris akan memperoleh manfaat yang bsa digunakan untuk kemajuan bangsa India.[18]
H.    Karya-karya Sayyid Ahmad Khan
Disamping tokoh pembaharu Sir Sayyid Ahmad Khan termasuk tokoh yang produktif dalam mengeluarkan hasil karyanya melalui buku dan kegemaran ini sudah dilakukan sejak mudanya, diantaranya:[19]
1.      Atsar al-Sanadid (1874) yang merupakan hasil penelitiannya tentang arkeologi di Delhi dan sekitarnya
2.      Essay on life of Muhammad (1870).
3.      Ibthal al- Ghulami (1890).
4.      Tabyin al-Kalam (1860).
5.      Tarikh Sarkhasi Bignaur (1858).
6.      Asbab Baghawat Hind (1858)

I.       Kesimpulan
Begitu besar jasa-jasa Sayyid Ahmad Khan bagi perkembangan keintelektualan Muslim Di India, seakan-akan lentera yang redup karena ekspansi Inggris ke India menyala kembali khususnya bagi muslim di India. Meskipun di awal-awal usahanya banyak mendapatkan pertentangan dari banyak orang, khususnya ulama saat itu akan tetapi Ahmad Khan tidak gentar untuk terus melakukan usaha-usahnaya untuk kemajuan umat Islam di India. Pikiran maju Ahmad Khan sangat membantu untuk sedikit membuat muslim India mampu ikut dalam pemerolehan ilmu pengetahuan dan teknologiyang semakin hari semakin maju, mungkin jika saat itu tidak ada seorang Ahmad Khan diyakini kondisi sosial, politik dan pendidikan Muslim India tidak akan semaju Sekarang.
Dengan gerakan Aligharnya yang menjadi benteng terdepan dalam bidang pendidikan mampu membuka sebagian banyak mata penduduk India akan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan meyakini barat menjadi bangsa yang terdepan dalam bidang itu, pilihannya hanya dua, ikut dan mendapatkan hasilnya atau menentang yang mengakibatkan kehancuran bangsanya. Dengan mengekor Inggris dan menerapkan konsep pendidikan ala eropa, Ahmad Khan mampu menciptakan intelektual-intelektua Muslim India yang mampu berkiprah di dunia dan bersanding dengan ilmuwan-ilmuwan dari negara lain. Bahkan salah satu pesantren di Ponorogo menamakan salah satu gedungnya dengan “Alighar” agar supaya dari gedung tersebut muncul semangat-semangat baru, pemikir-pemikir baru yang mampu memberikan kontribursi untuk umat Islam.
Saat ini dibutuhkan Ahmad Khan Ahmad Khan Baru untuk melanjutkan misinya yang mulia membuat umat Islam tidak tertingal dengan umat-umat lain di berbagai bidang khususnya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.


























Daftar Pustaka

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan), Jakarta: penerbit Bulan Bintang, 1975.
Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2009.
Rukamana, Aan dan Mauludi, Syahrul, Peta Falsafat Islam di Indonesia, jurnal Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 2, Juli 2014.
Rusli, Ris’an, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Jakarta: Rajawali Press 2013.
Syafei, Makhmud, Perkembangan Modern Dunia Islam, Bandung: Yasindo multi aspek dan valeu press, 2010.
www. Story of Pakistan.com
Yusuf, Yunan, Alam Pikiran Islam pemikiran Kalam: dari Khawarij ke Buya Hamka hingga Hasan Hanafi, Jakarta: Prenadamedia Group 2014.



[1] Harun Nasution, pembaharuan dalam Islam (sejarah pemikiran dan gerakan), Djakarta: Bulan Bintang. Hal 169.
[2] artikel ahmad khan/sayid ahmad khan/MUALLAF  KONSEP PENDIDIKAN SYED AHMAD KHAN.htm
[3] Sultan pawakkang, ide-ide pembaharuan sir sayyid ahmad khan, karya ilmiah. Hal 2.
[4] www.story of Pakistan, multimedia of journey. com
[5] Mahmud Syafei, Perkembangan modern dunia Islam, Bandung: Yasindo multi aspek dan valeu press, 2010, hal 50.
[6] Yunan Yusuf, alam pikiran islam pemikiran kalam: dari khawarij ke buya hamka hingga hasan hanafi, jakarta: prenada media Group, 2014. Hal 200.
[7] Harun Nasution, Islam Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, Universitas Indonesia: 2009
[8] Artikel ditulis oleh zaenal Arifin, konsep pendidikan syeikh Amad Khan.
[9] Harun Nasution, pembaharuan dalam Islam (sejarah pemikiran dan gerakan),hal 168.
[10] Harun Nasution, pembaharuan dalam Islam (sejarah pemikiran dan gerakan),hal 170-171.
[11] Makhmud Syafei, perkembangan Modern Dunia Islam, Bandung: Yasindo multi aspek dan valeu press, 2010 Hal 54.
[12] Yunan yusuf, alam pikiran Islam pemikiran kalam: dari khawarij ke buya Hamka hinga hasan Hanafi, jakarta: prenadamedia 2014, hal.200
[13] Aan rukamana dan Sahrul Mauludi, Peta Falsafat Islam di Indonesia, jurnal Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 2, Juli 2014. Hal 148.
[14] Harun Nasution, teologi Islam Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, Universitas Indonesia: 2009, hal 33.
[15] Ris’an rusli, pembaharuan pemikiran Modern dalam Islam, Jakarta: raja Grafindo persada 2013. Hal 106.
[16] Harun nasution, Islam Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, Universitas Indonesia: 2009, hal 173.
[17] Harun nasution, Islam Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, Universitas Indonesia: 2009, hal 175.
[18] Makhmud Syafei, perkembangan Modern Dunia Islam, Bandung: Yasindo multi aspek dan valeu press, 2010 Hal 59.
[19] Artikel ditulis oleh zaenal Arifin, konsep pendidikan syeikh Amad Khan.