Senin, 13 April 2015

Filsuf Muslim dan Karyannya



BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
Filsafat oleh sebagian orang dianggap sebagai disiplin ilmu yang sulit untuk dipelajari, banyak ungkapan mengatakan belajar filsafat itu seperti sebuah perjalanan yang tidak ada ujungnya, sehingga banyak ungkapan yang mengatakan belajar filsafat itu sangatlah sulit. Munculnya kesulitan dalam belajar filsafat sebenarnya lebih karena kurangnya ilmu pengetahuan atau minimnya bacaan seseorang, kerena sesungguhnya filsafat merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan. Filsafat sendiri mulai dikenalkan dari bngsa yunani lalu ke bangsa barat dan berlanjut ke bangsa timur. Filsafat sangat erat kaitannya dengan Ilmu kalam hingga William Ockham, reese lebih jau mengatakan, “theology to be a discipline resting on revealed truth and independent of both philosophy and science”(teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan)[1]. adapun Didalam pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pembahasannya seputar filsafat Islam timur beserta tokoh-tokoh dan filsafat-filsafatnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana mengetahui pengertian Filsafat secara luas
2.      Bagaimana mengetahui tokoh-tokoh Filsuf Muslim dan pemikiran-pemikirannya
C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui pengertian Filsafat Secara luas
2.      Untuk mengetahui tokoh filsuf Muslim dan pemikiran-pemikirannya.









BAB II
Pembahasan
A.    Pengertian filsafat
Secara etimologi kata filsafat yang dalam bahasa arab dikenal dengan falsafah dan dalam bahasa inggris dikenal dengan philosophy berasal dari bahasa Yunani philosophia. Terdiri dari kata philein yang artinya cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan atau kita kenal dengan love of wisdom.[2] Dalam sejarah penggunaan katanya pythagoraslah yang menjadi orang pertama[3] (582-496 SM). Adapun secara terminologi beberapa filsuf memberikan penjelasan :
1.    Plato : filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran asli.
2.    Aristoteles : filsafat adalah ilmu yang didalamnya meliputi kebenaran metafisika, logika da retorika
3.    Al Farabi : filsafat adalah ilmu tentang hakikat bagaimana lam maujud yang sebenarnya
4.    Immanuel kant : filsafat adalah ilmu yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang didalamnya mencakup epistemologi yang menjawab semua persoalan yang kita ketahui.
5.    N. Driyakara : filsafat adalah perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab “ada dan berbuat”
6.    Ir. Poedjawijatna : filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
7.    Menurut saya sendiri filsafat adalah sebuah ilmu yang mencoba mengupas tuntas segala sesuatu ada ada dialam ini dengan menggunakan rasional otak manusia sehingga kita mengetahui dan memahami secara dalam hal-hal yang selama ini kita ketahui.

B.     Objek filsafat
Para cendikiawan mencoba untuk menjabarkan secara jelas mengenai objek kajian filsafat, didalam makalah ini saya akan mengutip beberapa penjelasan dari cendikiawan-cendikiawan itu yang membagi menjadi objek material dan formal, diantaranya :
1.      Mohammad Nur Syam : para ahli mengatakan objek filsafat meliputi objek material segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.
2.      Poedjawijatna : objek filsafat itu yang ada dan yang mungkin ada
3.      Abbas Hamami : objek material filsafat itu meliputi masalah manusia, tuhan dan alam semesta
Dan objek formal filsafat adalah sudut pandang yang digunakan untuk meneliti objek material tersebut.
C.    Metode filsafat
Didalam mempelajari filsafat sendiri kita akan menemukan beberapa metode yang sering digunakan dalam membedahnya, diantara metode tersebut adalah[4] :
1.      Metode kritis : socrates, Plato
2.      Metode Intuitif : Plotinus, Bergson
3.      Metode Skolastik : Aristoteles, Thomas Aquinas
4.      Metode Geometris : Rene Descartes
5.      Metode Empiris : Hobbes, Locke, Berkeley, david Hume
6.      Metode Transendental : immanuel Kant
7.      Metode Fenomenologis : Husserl
8.      Metode Dialektis : Hegel, Marx
9.      Metode Neo Positivistis
10.  Metode Analitika Bahasa : Wittgestein



D.    Ciri-ciri filsafat
Menurut Suryadi MP ciri-ciri Filsafat adalah[5]:
1.      Menyeluruh : pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari sudut pandang tertentu.
2.      Mendasar : pemikiran yang dalam sampai hasil yang sangat fundamental atau esensial dari objek yang dikaji sehingga mendapatkan pijakan kuat bagi sebuah nilai atau keilmuan.
3.      Spekulatif : hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
E.     Kegunaan filsafat
Pada umumnya belajar filsafat dapat dikatakan semakin menjadikan orang mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metode-metode ilmu khusus. Dan juga menangani masalah-masalah teoritis yang dihadapi manusia secara rasional dan bertanggung jawab.[6] Kebanyakan filsuf-filsif dalam berfilsafat selalu membahas tentang hal-hal metafisika, ini terjadi dari zaman awal hingga saat ini.[7]
Menurut Franz Magnis Suseno (1991) secara khusus filsafat berguna dalam lingkungan sosial budaya Indonesia.
F.     Filsafat islam
Didalam bahasa Arab kata sophia dipindahkan oleh orang Arab ke dalam bahasa mereka dengan kata hikmah. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 269 :
يؤتي الحكمة من يشاء و من يؤت الحكمة فقد أوتي خيرا كثيرا وما يذكر إلا أولوا الألبابز
Allah menganugerahkan al-hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS. Al-baqarah/2: 269)
Secara sederhana filsafat Islam itu sendiri adalah hasil pemikiran filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis.
Filsafat Islam terdiri dari dua kata, “filsafat” dan “Islam”. Dalam khazanah ilmu, filsafat diartikan berfikir bebas, sedangkan Islam adalah berserah diri kepada Allah. Jadi Islamic Philosophy pada hakikatnya adalah filsafat yang bercorak islami.[8] Filsafat Islam juga berkaitan erat dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti Ilmu kalam, Tasawuf dan Usul fiqih. Asumsi ini diperkuat oleh para filsuf Muslim yang sering menggabungkan unsur-unsur filsafat dengan ilmu dan agama hingga menjadi paduan dan kesatuan yang saling mendukung. Menurut ahmad Fuad al-Ahwani mendefinisikan Filsafat Islam sebagai pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran Islam.
Dalam perkembangan akhir-akhir ini, cakupan Filsafat Islam diperluas kepada segala aspek dalam khazanah pemikiran Islam, menurut Muhammad ‘Atif al-Iraqy, filsafat Islam secara umum didalamnya meliputi Ilmu Kalam, Ushul Fiqih, Ilmu Tasawuf dan Ilmu lainnya yang diciptakan oleh ahli pikir islam.[9]
Tidak bisa dipungkiri bahwa peran baitul hikmah sangat besar dalam perkembangan keilmuan di dunia Islam, begitu juga dengan ilmu filsafat. Banyaknya penerjemahan dari Yunani, persia dan Suryani membuat para filsuf muslim semakin lihai dalam berfilsafat. Dengan adanya penerjemahan ini umat Islam telah mampu dalam waktu relatif singkat menguasai warisan intelektual dari tiga jenis kebudayaan yang sangat maju pada waktu itu, yakni Yunani, Persia dan India. Warisan intelektual tersebut dikembangkan oleh pemikir-pemikir Islam menjadi suatu kebudayaan yang lebih maju sebagai tergambar dalam pelbagai bidang ilmu dan madzhab filsafat yang beraneka.
G.    Sejarah Filsafat Islam.
Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2 Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Dalam Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve dijelaskan bahwa kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke daerah-daerah itu melalui ekspansi Alexander Agung, penguasa Macedonia (336-323 SM), setelah mengalahkan Darius pada abad ke-4 SM di kawasan Arbela (sebelah timur Tigris).
Alexander Agung datang dengan tidak menghancurkan peradaban dan kebudayaan Persia, bahkan sebaliknya, ia berusaha menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia. Hal ini telah memunculkan pusat-pusat kebudayaan Yunani di wilayah Timur, seperti Alexandria di Mesir, Antiokia di Suriah, Jundisyapur di Mesopotamia, dan Bactra di Persia.
Pada masa Dinasti Umayyah, pengaruh kebudayaan Yunani terhadap Islam belum begitu nampak karena ketika itu perhatian penguasa Umayyah lebih banyak tertuju kepada kebudayaan Arab. Pengaruh kebudayaan Yunani baru nampak pada masa Dinasti Abbasiyah karena orang-orang Persia pada masa itu memiliki peranan penting dalam struktur pemerintahan pusat.
Para Khalifah Abbasiyah pada mulanya hanya tertarik pada ilmu kedokteran Yunani berikut dengan sistem pengobatannya. Tetapi kemudian mereka juga tertarik pada filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya. Perhatian pada filsafat meningkat pada zaman Khalifah Al-Makun (198-218 H/813-833 M).
Kelahiran ilmu filsafat Islam tidak terlepas dari adanya usaha penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab yang telah dilakukan sejak masa klasik Islam.
Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban disebutkan bahwa usaha penerjemahan ini tidak hanya dilakukan terhadap naskah-naskah berbahasa Yunani saja, tetapi juga naskah-naskah dari bebagai bahasa, seperti bahasa Siryani, Persia, dan India.
H.    Tokoh-tokoh filsafat islam
1.      Al kindi
a.      Riwayat
Nama lengkap Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq ibn al-shabbah ibn Imran ibn Muhammad ibn al-Asy’as ibn Qais al-kindi. Namanya al-kindi dinisbahkan kepada kindah, sebuah kabilah terkemuka pra Islam yang merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman.
Lahir di Kufah sekitar 185 H (801 M) dari keluarga kaya dan terhormat. Kakek buyutnya merupakan sahabat Nabi yang gugur bersama Sa’ad bin Abi Waqqas dalam peperangan antara kaum muslim dengan Persia di Irak. Sedangkan Ayahnya Ishaq ibn al-Sabbah  merupakan gubernur Kufah di masa pemerintahan Al-Mahdi (775-785 M) dan Al-Rasyid (786-809 M).
Al kindi besar di saat Daulah Abbasiyah pada puncak kejayaan dan berkembangnya intelektual, khususnya di faham Mu’tazilah. Kemudian oleh khalifah Al-Ma’mun diundang untuk mengajar di bait al-Hikmah dan mengasuh Ahmad putra khalifah Al-mu’tasim. Lewat lembaga ini al-Kindi dikenal dan berjasa dalam gerakan penterjemahan dan merupakan seorang pelopor yang memperkenalkan tulisan-tulisan Yunani, Suriah, dan India kepada dunia Islam. Selain ilmu penerjemahan al-Kindi juga menguasai berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran, filsafat, semantik, geometri, aljabar, ilmu falak, astronimi dan gubah lagu. Al-kindi termasuk filsuf Muslim pertama.[10]
b.      Karya-karyanya :
Sebagai seorang Filsuf Islam yang sangat produktif, diperkirakan lebih dari 270 buah buku yang ditulisnya, diantaranya :
1.                   Kitab al-Kindi ila Al-Mu’tasim Billah fi al-Falsafah al-ula
2.                   Kitab al-Falsafah al-Dakhilat wa al-Masail al-Mantiqiyah wa al-Muqtashah wa ma fauqa al-Thabi’iyah.
3.                   Kitab fi annahu la tanalu al-Falsafah illa bi ‘ilm al-Riyadhiyah.
4.                   Kitab fi Qasd Aristhathalis Fi al-Maqulat.
5.                   Kitab fi ibarah al-Jawami’ al-Fikriyah.

c.       Filsafatnya :
1.      Talfiq atau memadukan antara agama dan Filsafat. Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari keduanya.
2.      Metafisika, Tuhan dalam filsafat al-Kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti mahiah dan aniah.
3.      Jiwa jiwa bersifat spiritual, ilahiyah, terpisah dan berbeda dari tubuh[11], sedangkan jisim mempunyai sifat hawa nafsu dan pemarah
4.      Moral, manusia harus menjauhkan diri dari keserakahan, al-Kindi juga mengecam para ulama yang memperdagangkan agama untuk memperkaya diri dan filsuf yang memperlihatkan jiwa kebinatangannya untuk mempertahankan kedudukannya dalam negara.


2.      Al razi
a.      Riwayat
Nama lengkap abu bakar Muhammad ibn Zakaria ibn Yahya al-Razi, di dunia barat dikenal dengan Rhazes. Lahir di Ray dekat Teheran 1 Sya’ban 251 h (865 M), hidup pada masa Dinasti Saman (204-395 H). Al-Razi belajar kedokteran kepada Ali ibn Rabban al-Thabari dan belajar filsafat kepada al-Balkhi. Pada masa Mansyur ibn Ishaq ibn Ahmad ibn Asad sebagai Gubernur Ray, al-Razi diserahi kepercayaan memimpin rumah sakit selama 6 tahun (290-296 H/902-908 M ). Lalu pada pemerintahan khalifah Al-Muktafi (289-295 H) diminta memimpin rumah sakit di Baghdad. Beliau dikenal sebagai dokter yang ramah, pemurah dan sayang kepada pasien-pasiennya. Kemasyhuran al-Razi sebagai dokter tidak saja terkenal di dunia timur, didunia barat mendapat sebutan The Arabic Galen. Al-Razi wafat 5 Sya’ban 313 H di Ray karena penyakit Katarak, tidak mau diobati karena merasa sudah melihat dunia dan isinya.
b.      Karya-karyanya :
Diperkirakan karya Al-Razi mencapai 200 judul diberbagai bidang keilmuan, diantaranya :
1.      Kitab al-Asrar (bidang kimia)
2.      Al-Hawi (ensiklopedia Kedokteran)
3.      Al-Thibb Al-Ruhani
4.      Al-Sirah Al-Falsafiyah
5.      Maqalah fi ma ba’d al-Thabi’iyah
c.       Filsafatnya :
1.      Metafisika, Filsafat al-Razi dikenal dengan ajarannya “Lima Kekal” yakni Allah Ta’ala, Jiwa Universal, materi pertama, ruang absolut dan masa Absolut. Menurutnya dua dari lima yang kekal itu hidup dan aktif, yaitu Tuhan dan jiwa/roh Universal. Satu daripadanya tidak hidup dan pasif, yaitu materi. Dua lainnya tidak hidup, tidak aktif dan tidak pula pasif, yakni ruang dan masa.
2.      Moral, pemikiran moral Al-Razi sebagaimana tertuang dalam bukunya Al-Thib al-Ruhani dan Al-Sirah al-Falsafiyah, bahwa tingkah laku pun meslital berdasarkan petunjuk rasio. Hawa nafsu harus berada di bawah kendali dan akal.
3.      Kenabian, al-Razi menyanggah bahwa keteraturan kehidupan, manusia memerlukan nabi. Pendapat yang kontroversial ini harus dipahami bahwa ia adalah rasionalis murni. Akal menurutnya adalah karuniaAllah yang terbesar untuk manusia. Dengan akal manusia dapat memperoleh manfaat sebanyak-banyaknya, bahkan dapat memperoleh pengetahuan tentang Tuhan. Karena itu, manusia tidak boleh menyia-nyiakan dan mengekang ruang gerak akal, tetapi membri kebebasan sepenuhnya dalam segala hal. Jika akal tidak digunakan apa bedanya sama dengan hewan
3.      Al Farabi
a.      Riwayatnya
Nama lengkapnya Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalagh. Dikalangan orang latin dikenal dengan Abu Nashr/abunaser, lahir di Turkistan 257 H keturunan seorang jnderal dari Persia. Dibeberapa literatur mengatan al farabi hidup antara 259-339 H.[12]
Ketika muda pernah belajar bahasa dan sastra Arab kepada Abu Bakar al-Saraj di Baghdad dan Logika Filsafatnya kepada Abu Bisyr Mattinus ibn Yunus. Di Baghdad ia banyak menulis dan membuat ulasan terhadap buku-buku Filsafat dan Yunani. Al-Farabi lebih memilih hidup sederhana dan tidak tertarik dengan kemewahan dan kekayaan.
Al-Farabi dikenal sebagai filsuf Islam terbesar, memiliki banyak keahlian dalam berbagai keilmuan. Sehingga Ibnu Rusyd dan Ibnu Sina banyak mengambil sistem Filsafatnya.
b.      Karyanya :
Banyak hasil karyanya, diantaranya :
1.      Syuruh Risalah Zainun al Kabir al-Yunani
2.      Al-Ta’liqat
3.      Risalah al-‘Aql
4.      Al-Masail al-Falsafiyah wa al-Ajwibah ‘anha
5.      Al-Ibanah ‘an Ghardi Aristo Fi Kitabi ma Ba’da al-Thalbi’ah
c.       Filsafatnya[13] :
1.      Pemaduan Filsafat, al-Farabi berusaha memadukan beberapa aliran Filsafat (al-falsafah al-taufiqiyyah atau wahdah al-falsafah) yang berkembang sebelumnya, terutama pemikiran Plato, Aristoteles dan Plotinus, juga antara agama dan Filsafat. Karena itu, ia dikenal dengan Filsuf Sinkretisme yang mempercayai kesatuan Filsafat. Dalam logika dan fisika ia dipengaruhi Aristoteles. Dalam maslah akhlak dan Politik ia dipengaruhi oleh Plato, sedangkan dalam persoalan metafisika ia dipengaruhi oleh Plotinus.
2.      Metafisika, adapun masalah ketuhanan, Al-Farabi menggunakan pemikiran Aristoteles dan Neo-Platoisme, yakni al-Maujud al-Awwal sebagai sebab pertama bagi segala yang ada. Konsep ini tidak bertentangan dengan keesaan dalam ajaran Islam. Dalam pembuktian adanya Tuhan, Al-Farabi mengemukakan dalil Wajib al-Wujud dan Mumkin al-Wujud, menurutnya segala yang ada ini hanya dua kemungkinan dan tidak ada alternatif yang ketiga.
3.      Jiwa, tentang jiwa, Al-Farabi juga dipengaruhi oleh filsafat Plato, Aristoteles dan Plotinus. Jiwa bersifat rohani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan jiwa tidak erpindah-pindah dari suatu badan ke badan yang lain.
4.      Politik, pemikiran ini banyak dipengaruhi oleh Plato yang menyamakan negara dengan tubuh manusia, ada kepala, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya yang mempunyai fungsi masing-masing.
5.      Al-farabi menawarkan empat konsep untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi bangsa-bangsa dan warga negaranya, 1. Keutamaan teoritis, 2. Keutamaan pemikiran, 3. Keutamaan akhlak, 4. Keutamaan amaliah.
6.      Toeri Kenabian, menurut al-farabi manusia dapat berhubungan dengan ‘Aql Fa’al melalui dua cara, penalaran atau renungan pemikiran dan imajinasi atau intuisi. Ciri khas seorang nabi adalah mempunyai daya imajinasi yang kuat dimana objek indrawi dari luar tidak dapat mempengaruhinya.
4.      Ibnu sina
a.      Riwayatnya
Nama lengkapnya Abu Ali al-Husein ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn Ali ibn Sina, lahir di Persia Utara 370 H. Ia mempunyai ingatan dan kecerdasan yang luar biasa sehingga dalam usia 10 tahun telah mampu menghafal Al-Quran, sebagian sastra Arab dan hafal buku metafisika karangan Aristoteles. Banyak disiplin ilmu yang dia pelajari dan pahami secara baik. Pada masa mudanya Ibnu Sina tertarik pada aliran syiah Ismailiyah dan aliran kebatinan tetapi tidak mengikuti keduanya melainkan membuat aliran sendiri madzhab Sinawi. Banyak perumpamaan-perumpamaan yang dibuat ibnu sina berdasarkan Logika, dan ini mudah untuk dipahami.[14]
Didunia barat dikenal dengan sebutan Avicenna atau disebut juga Aristoteles Baru. Pada akhir hayatnya ia menjadi guru filsafat dan dokter di Isfahan dan meninggal di Hamadzan pada 428 H.
b.      Karyanya :
Pada usia 20 tahun sudah banyak menghasilkan karya yang cemerlang sehingga tidak mengherankan kalau karyanya mencapai 267 karangan, diantaranya :
1.                   Al-Syifa
2.                   Al-najah
3.                   Al-Qanun fi al-Thibb
4.                   Al-Hikma al-‘Arudiyah
5.                   Al-Mantiq al-Masyriqiyyin
c.       Filsafatnya :
a.       Metafisika, ibnu Sina membicarakan sifat wujudiyah sebagai yang terpenting dan mempunyai kedudukan di atas segala sifat lain, walaupun esensi sendiri. Esensi dalam akal dan selain itu diluar akal. Tuhan adalah unik dalam arti dia adalah kemaujudan yang pasti, selain Dia bergantung kepada diri dan keberadaan Tuhan.
b.      Jiwa, untuk membuktikan adanya jiwa, ibnu sina mengajukan beberapa argumen, 1. Argumen psikofisik, 2. Argumen Aku dan kesatuan fenomena psikologis, 3. Argumen kontinuitas, 4. Argumen manusia terbang di udara.
c.       Kenabian, menurut ibnu sina para nabi mempunyai tingkatan akal yang paling tinggi, tidak sama dengan akal pada manusia biasa. Mempunyai daya intuitif sangat tinggi sehingga bisa berhubungan langsung dengan Malaikat.
d.      Tasawuf, tasawufnya dimulai oleh akal yang dibantu oleh hati. Dengan kebersihan hati dan pancaran akal, lalu akal akan menerima ma’rifah dari akal fa’al. Ibnu Sina tidak menerima konsep manusia bersatu dengan Tuhan.
5.      Al ghazali
a.      Riwayatnya
Nama lengkapnya Abu Hamid ibn Muhammad ibn Ahmad al-Ghazali, digelar Hujjah al-Islam, lahir di Iran 450 H. Terlahir dari keluarga yang sederhana, namun mempunyai perhatian kepada agama yang sangat tinggi. Belajar ilmu kalam dan mantiq kepada Al-Juwaini, karena kecerdasannya dia dikenal sebagai pembahas paling pintar di zamannya. Menyatukan beberapa ragam keilmuan.[15]
Dimasa sultan Saljuk Maliksyah al-Ghazali mulai mengajar di nidzam al-Muluk, karena merasa ragu dengan apa yang dipelajarinya selama ini akhirnya, al-Ghazali melakukan Uzlah yang berakhir di tanah suci.
b.      Karyanya :
Jumlah karyanya mencapai 300 buah, diantaranya :
1.      Maqashid al-Falasifah
2.      Tahafut al-Falasifah
3.      Ihya ‘Ulum al-Din yang merupakan karya terbesarnya
4.      Al-Ma’arif al-‘Aqliah
5.      Mizan al-‘Amal
c.       Filsafatnya :
1.      Epistimologi, bagi al-Ghazali al-dzawq (intuisi) lebih tinggi da lebih dipercaya daripada akal untuk menangkap pengetahuan yang betul-betul diyakini kebenarannya. Sumber pengetahuan tertinggi tersebut dinbamakan juga al-nubuwwat, yang pada nabi-nabi berbentuk wahyu dan pada manusia biasa berbentuk ilham.
2.      Metafisika, dalam lapangan metafisika (ketuhanan), al-Ghazali memberikan reaksi keras terhadap Neo-Platonisme Islam, neburutnya banyak sekali terdapat kesalahan Filsuf, karena mereka tidak teliti seperti halnya dalam lapangan logika dan matematika. Oleh karena itu Al-Ghazali mengecam Al-Farabi dan Ibn Sina. Al-Ghazali membagi manusia kepada tiga golongan, kaum awam, kaum pilihan dan kaum penengkar.
3.      Moral, kebanyakan karya-karya akhirnya, bersifat etis moralitas yang menjamin kebahagiaan sempurna. Adapun teori etika yang dikembangkannya bersifat religius dan sufi. Akhlaq yang dikembangkan oleh Al-Ghazali bercorak teleologis (ada tujuannya), sebab ia menilai akal mengacu pada akibatnya.
4.      Jiwa, manusia menurut Al-Ghazali diciptakan Allah sebagai makhluk yang terdiri dari jiwa dan jasad. Jiwa, yang menjadi inti hakikat manusia adalah makhluk spiritual rabbani yang sangat halus (lathifa rabbaniyah ruhaniyyah). Jiwa berada di alam spiritual sedangkan jasad di alam materi. Adapun hubungan jiwa dan jasad dari segi pandangan moral adalah, setiap jiwa diberi jasad, sehingga dengan bantuannya jiwa bisa mendapatkan bekal bagi hidup kekalnya. Jiwa merupakan inti Hakiki manusia dan jasad hanyalah alat baginya untuk mencari bekal dan kesempurnaan; karena jasad sangat diperlukan oleh jiwa maka ia harus dirawat baik-baik.
6.      Ibnu rusyd
a.      Riwayat
Nama lengkapnya Abu al-Walid Muhammad ibn Muhammad ibn Rusyd, dibarat dikenal dengan Averroes. Lahir di Cordova 520 H dari keluarga yang alim dalam ilmu fiqih. Ia dilahirkan di saat para ahli fiqih tidak simpatik terhadap ilmu-ilmu rasional. Di dalam usia yang muda Ibnu Rusyd telah berhasil menghafal Al-Muwaththa’ karya Imam Malik. Belajar filsafat, teologi dan logika dari Ibn Thufail. Ia dipandang sebagai Filsuf yang paling menonjol pada periode perkembangan Filsafat Islam mencapai puncaknya.
Ia diangkat sebagai qadhi di Seville. Banyak karya aristoteles yang ia tafsirkan sehingga disebut komentator Aristoteles. Sempat diasingkan dan dipenjara tahun 1195 karena politik di Lucena 50 KM arah tenggara Cordova dan buku-buku filsafatnya dibakar. Meninggal 9 safar 595 H.
b.      Karyanya :
Ibn Rusyd banyak menulis di berbagai bidang keilmuan, akan tetapi yang banyak mendapatkan apresiasi oleh barat adalah karyanya Averroism adalah komentatornya atas karya-karya Aristoteles, diantara karya-karyanya :
1.      Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid fi al-Fiqh
2.      Kitab al-Kulliyat fi al-thib
3.      Tahafut al-Tahafut[16]
4.      Al-Kasyf ‘an Manahij al-Adillah fi “Aqaid al-Millah
5.      Dhamimah li Masalah al-Qadim
c.       Filsafatnya :
Metode pembuktian kebenaran, untuk pembuktian kebenarana konsep/ tashdiq, ada tiga metode yang digunakan, metode retorika, metode dialektik dan metode Demonstratif. Metode retorik dan dialektik digunakan bagi manusia awam dan metode demonstratif oleh sebagian kecil manusia.
1.      Metafisika, dalam masalah ketuhanan, Ibn Rusyd berpendapat bahwa Allah adalah penggerak pertama (muharrik al-awwal). Sifat positif yang dapat diberikan kepada Allah ialah akal dan maqqul. Wujud Allah ialah Esa-Nya. Wujud dan ke-Esa-an tidak berbeda dari zat-Nya. Konsepsi ini jelas dipengaruhi oleh Aristoteles, Plotinus, Al-Farabi dan Ibn Sina.
2.      Tanggapan terhadap Al-Ghazali, melalui buku Tahafut al-Tahafut Al-Ghazali melancarkan kritik keras terhadap para filsuf dalam 20 masalah, tiga diantaranya bisa menyebabkan kekafiran, sehubungan dengan penyerangan tersebut Ibn Rusy tampil membela para filsuf lainnya dengan Tahafut al-Tahafut yang menegaskan al-Ghazalilah yang kaca dalam pemikiran.
3.         Moral, ibnu Rusyd membenarkan teori Plato bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan kerjasama untuk memenuhi keperluan hidup dan mencapai kebahagiaan. Dan untuk mencapainya diperlukan agama dan filsafat.
4.         Averroisme, ketika buku-bukunya dibakar, murid-murid ibnu rusyd segera menerjemahkan ke berbagai bahasa , jadi yang hilang hanya bahasa Arab, sedangkan bahasa lainnya masih tetap ada, ini bukti cintanya murid-murid terhadap Ibn Rusyd. Penerimaan pemikiran Ibn Rusyd di Eropa terbagi kepada dua kelompok, yaitu kelompok yang menentang pemikiran-pemikiran Ibn Rusyd, dalam hal ini kelompok gereja, sedangkan yang mendukungnya dari kelompok ilmuwan.

BAB III
Kesimpulan

Sebagai calon ilmuwan-ilmuwan muslim sudah sepantasnya kita ikut andil dalam menyelami lautan ilmu di bidang filsafat. Semakin memahami filsafat maka kehidupan kita akan semakin terarah karena dengan berfilsafat kita akan semakin mengetahui jati diri kita sebenarnya. Kita akan semakin paham dengan teori-teori filsafat yang dikemukakan oleh filsuf Muslim saat itu. Semua Filsuf mempunyai niat sama yakni membantu manusia untuk lebih mudah dalam memahami maslah ketuhanan, manusia dan alam sekitar sehingga menjadi sebuah kebudayaan yang baik. Jika dulu ada al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan al-Ghazali maka hari ini ada kita semua yang akan meneruskan tradisi intelektual para filsuf muslim.














Daftar Pustaka

al diidi, Abdul fataah. Al Ittijâhât Al Mu’âsiroh Fi Al-Falsafah. al-haiat
al-misriyah al ‘ammah lilkitâb,1985.
al-Nasar, Musthofa. Madkhol Ila Al-Falsafah. Al-Qahiroh : al-daar al-
misriyah al-su’udiyah, 2005.
Asy’arie, Dr. Musa. Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berfikir.
Yogyakarta : Lembaga Studi Filsafat Islam, 1999.
Drs. Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta : Bumi Aksara, 2009.
Nasution, Dr. Hasyimsyah, MA. Filsafat Islam. Jakarta : Gaya Media
Pratama, 1999.
Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag dan Prof.Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu
Kalam untuk UIN, STAIN dan PTAIS. Bandung : CV. Pustaka Setia 2001.
Rescher, Nicholas. Studies In Arabic Philosophy. University of 
Pittsburgh Press, 1966.
Rusyd, Ibn. Tahafut at-Tahafut sanggahan terhadap Tahafut al-
Falasifah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004.
Suseno, Franz Magnis. Filsafat sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius, 1992.
www. Republika.co.id


[1] . Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag dan Prof. Dr. Rosihan Anwar, M.Ag, Ilmu kalam untuk UIN,STAIN dan PTAIS, pustaka setia Bandung, hal.14.
[2] . Drs. Surajiyo, Ilmu Filsafat suatu pengantar, bumi aksara, jakarta 2009. Hal 1.
[3] . musthofa Nasar, madkhol ila al-falsafat, daar al Misriyah al-Su’udiyah, qohiroh, hal 13.
[4] . Drs. Surajiyo, Ilmu Filsafat suatu pengantar, bumi aksara, jakarta 2009. Hal 7-8.
[5] . Drs. Surajiyo, Ilmu Filsafat suatu pengantar, bumi aksara, jakarta 2009. Hal 13.
[6] . Frans Magnis Suseno, Filsafat sebagai Ilmu Kritis, Pustaka Filsafat, karnisius Yogyakarta. 1992. Hal 19.
[7] . Abdul fataah al-Didi, al-ittijaahaat al-mu’asiroh fi al-falsafah, al-haiat al-misriyah al-‘ammah lilkitaab, 1985.hal 3.
[8] . Dr. Musa Asy’arie, Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berfikir, Lembaga Studi Filsafat Islam, Yogyakarta 1999, hal 1-5.
[9] . Dr. Hasyimsyah Nasution, MA. Filsafat Islam, Gaya media pratama Jakarta 1999. hal 2.
[10] . Mustofa al-Nasar, madkhol ila al-falsafah, al-daar al-misriyah al-su’uudiyah, al-qahiroh 2005. Hal 81.
[11] . ahmed Fouad el-Ehwani, “al-kindi”, dalam MM Sharif, A History of Muslim Philosophy, hal. 432.
[12] . Mustofa al-Nasar, madkhol ila al-falsafah, al-daar al-misriyah al-su’uudiyah, al-qahiroh 2005. Hal 84.
[13] . Dr. Hasyimsyah Nasution, MA. Filsafat Islam, Gaya media pratama Jakarta 1999. hal 34.
[14] . Nicholas Rescher, Studies in Arabic Philosophy, University of Pittsburgh press, 1966.hal 48
[15] . Mustofa al-Nasar, madkhol ila al-falsafah, al-daar al-misriyah al-su’uudiyah, al-qahiroh 2005. Hal 93.
[16] . ibnu Rusyd, Tahafut at-Tahafut sanggahan terhadap Tahafut al-Falasifah. Pengantar Drs. M.FahmiMuqoddas, M.Hum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar