BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang Masalah
Filsafat oleh
sebagian orang dianggap sebagai disiplin ilmu yang sulit untuk dipelajari,
banyak ungkapan mengatakan belajar filsafat itu seperti sebuah perjalanan yang
tidak ada ujungnya, sehingga banyak ungkapan yang mengatakan belajar filsafat
itu sangatlah sulit. Munculnya kesulitan dalam belajar filsafat sebenarnya
lebih karena kurangnya ilmu pengetahuan atau minimnya bacaan seseorang, kerena
sesungguhnya filsafat merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan. Filsafat
sendiri mulai dikenalkan dari bngsa yunani lalu ke bangsa barat dan berlanjut
ke bangsa timur. Filsafat sangat erat kaitannya dengan Ilmu kalam hingga
William Ockham, reese lebih jau mengatakan, “theology to be a discipline
resting on revealed truth and independent of both philosophy and science”(teologi
merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta
independensi filsafat dan ilmu pengetahuan)[1].
adapun Didalam pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pembahasannya seputar
filsafat Islam timur beserta tokoh-tokoh dan filsafat-filsafatnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
mengetahui pengertian Filsafat secara luas
2.
Bagaimana
mengetahui tokoh-tokoh Filsuf Muslim dan pemikiran-pemikirannya
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk
mengetahui pengertian Filsafat Secara luas
2.
Untuk
mengetahui tokoh filsuf Muslim dan pemikiran-pemikirannya.
BAB II
Pembahasan
A.
Pengertian filsafat
Secara
etimologi kata filsafat yang dalam bahasa arab dikenal dengan falsafah dan
dalam bahasa inggris dikenal dengan philosophy berasal dari bahasa Yunani
philosophia. Terdiri dari kata philein yang artinya cinta dan sophia yang
berarti kebijaksanaan atau kita kenal dengan love of wisdom.[2]
Dalam sejarah penggunaan katanya pythagoraslah yang menjadi orang pertama[3]
(582-496 SM). Adapun secara terminologi beberapa filsuf memberikan penjelasan :
1.
Plato
: filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang
kebenaran asli.
2.
Aristoteles
: filsafat adalah ilmu yang didalamnya meliputi kebenaran metafisika, logika da
retorika
3.
Al
Farabi : filsafat adalah ilmu tentang hakikat bagaimana lam maujud yang
sebenarnya
4.
Immanuel
kant : filsafat adalah ilmu yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang
didalamnya mencakup epistemologi yang menjawab semua persoalan yang kita
ketahui.
5.
N.
Driyakara : filsafat adalah perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebab “ada dan berbuat”
6.
Ir.
Poedjawijatna : filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
7.
Menurut
saya sendiri filsafat adalah sebuah ilmu yang mencoba mengupas tuntas segala
sesuatu ada ada dialam ini dengan menggunakan rasional otak manusia sehingga
kita mengetahui dan memahami secara dalam hal-hal yang selama ini kita ketahui.
B.
Objek filsafat
Para
cendikiawan mencoba untuk menjabarkan secara jelas mengenai objek kajian
filsafat, didalam makalah ini saya akan mengutip beberapa penjelasan dari
cendikiawan-cendikiawan itu yang membagi menjadi objek material dan formal,
diantaranya :
1.
Mohammad
Nur Syam : para ahli mengatakan objek filsafat meliputi objek material segala
sesuatu yang ada dan mungkin ada.
2.
Poedjawijatna
: objek filsafat itu yang ada dan yang mungkin ada
3.
Abbas
Hamami : objek material filsafat itu meliputi masalah manusia, tuhan dan alam
semesta
Dan objek formal filsafat adalah sudut pandang yang digunakan untuk
meneliti objek material tersebut.
C.
Metode filsafat
Didalam
mempelajari filsafat sendiri kita akan menemukan beberapa metode yang sering
digunakan dalam membedahnya, diantara metode tersebut adalah[4] :
1.
Metode
kritis : socrates, Plato
2.
Metode
Intuitif : Plotinus, Bergson
3.
Metode
Skolastik : Aristoteles, Thomas Aquinas
4.
Metode
Geometris : Rene Descartes
5.
Metode
Empiris : Hobbes, Locke, Berkeley, david Hume
6.
Metode
Transendental : immanuel Kant
7.
Metode
Fenomenologis : Husserl
8.
Metode
Dialektis : Hegel, Marx
9.
Metode
Neo Positivistis
10.
Metode
Analitika Bahasa : Wittgestein
D.
Ciri-ciri filsafat
Menurut Suryadi MP ciri-ciri Filsafat adalah[5]:
1.
Menyeluruh
: pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari
sudut pandang tertentu.
2.
Mendasar
: pemikiran yang dalam sampai hasil yang sangat fundamental atau esensial dari
objek yang dikaji sehingga mendapatkan pijakan kuat bagi sebuah nilai atau
keilmuan.
3.
Spekulatif
: hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
E.
Kegunaan filsafat
Pada umumnya
belajar filsafat dapat dikatakan semakin menjadikan orang mampu untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang
metode-metode ilmu khusus. Dan juga menangani masalah-masalah teoritis yang
dihadapi manusia secara rasional dan bertanggung jawab.[6]
Kebanyakan filsuf-filsif dalam berfilsafat selalu membahas tentang hal-hal
metafisika, ini terjadi dari zaman awal hingga saat ini.[7]
Menurut Franz
Magnis Suseno (1991) secara khusus filsafat berguna dalam lingkungan sosial
budaya Indonesia.
F.
Filsafat islam
Didalam bahasa
Arab kata sophia dipindahkan oleh orang Arab ke dalam bahasa mereka
dengan kata hikmah. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat
269 :
يؤتي الحكمة من يشاء
و من يؤت الحكمة فقد أوتي خيرا كثيرا وما يذكر إلا أولوا الألبابز
Allah menganugerahkan al-hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki.
Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS. Al-baqarah/2: 269)
Secara sederhana filsafat Islam itu sendiri adalah hasil pemikiran
filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran
islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis.
Filsafat Islam
terdiri dari dua kata, “filsafat” dan “Islam”. Dalam khazanah ilmu, filsafat
diartikan berfikir bebas, sedangkan Islam adalah berserah diri kepada Allah.
Jadi Islamic Philosophy pada hakikatnya adalah filsafat yang bercorak islami.[8]
Filsafat Islam juga berkaitan erat dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti
Ilmu kalam, Tasawuf dan Usul fiqih. Asumsi ini diperkuat oleh para filsuf
Muslim yang sering menggabungkan unsur-unsur filsafat dengan ilmu dan agama
hingga menjadi paduan dan kesatuan yang saling mendukung. Menurut ahmad Fuad
al-Ahwani mendefinisikan Filsafat Islam sebagai pembahasan tentang alam dan
manusia yang disinari ajaran Islam.
Dalam
perkembangan akhir-akhir ini, cakupan Filsafat Islam diperluas kepada segala
aspek dalam khazanah pemikiran Islam, menurut Muhammad ‘Atif al-Iraqy, filsafat
Islam secara umum didalamnya meliputi Ilmu Kalam, Ushul Fiqih, Ilmu Tasawuf dan
Ilmu lainnya yang diciptakan oleh ahli pikir islam.[9]
Tidak bisa
dipungkiri bahwa peran baitul hikmah sangat besar dalam perkembangan keilmuan
di dunia Islam, begitu juga dengan ilmu filsafat. Banyaknya penerjemahan dari
Yunani, persia dan Suryani membuat para filsuf muslim semakin lihai dalam
berfilsafat. Dengan adanya penerjemahan ini umat Islam telah mampu dalam waktu
relatif singkat menguasai warisan intelektual dari tiga jenis kebudayaan yang
sangat maju pada waktu itu, yakni Yunani, Persia dan India. Warisan intelektual
tersebut dikembangkan oleh pemikir-pemikir Islam menjadi suatu kebudayaan yang
lebih maju sebagai tergambar dalam pelbagai bidang ilmu dan madzhab filsafat
yang beraneka.
G.
Sejarah Filsafat Islam.
Pemikiran filsafat masuk ke dalam
Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi
atau abad ke-2 Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Dalam
Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve dijelaskan bahwa kebudayaan
dan filsafat Yunani masuk ke daerah-daerah itu melalui ekspansi Alexander
Agung, penguasa Macedonia (336-323 SM), setelah mengalahkan Darius pada abad
ke-4 SM di kawasan Arbela (sebelah timur Tigris).
Alexander Agung datang dengan tidak menghancurkan peradaban dan
kebudayaan Persia, bahkan sebaliknya, ia berusaha menyatukan kebudayaan Yunani
dan Persia. Hal ini telah memunculkan pusat-pusat kebudayaan Yunani di wilayah
Timur, seperti Alexandria di Mesir, Antiokia di Suriah, Jundisyapur di
Mesopotamia, dan Bactra di Persia.
Pada masa Dinasti Umayyah, pengaruh
kebudayaan Yunani terhadap Islam belum begitu nampak karena ketika itu
perhatian penguasa Umayyah lebih banyak tertuju kepada kebudayaan Arab.
Pengaruh kebudayaan Yunani baru nampak pada masa Dinasti Abbasiyah karena
orang-orang Persia pada masa itu memiliki peranan penting dalam struktur
pemerintahan pusat.
Para Khalifah Abbasiyah pada mulanya
hanya tertarik pada ilmu kedokteran Yunani berikut dengan sistem pengobatannya.
Tetapi kemudian mereka juga tertarik pada filsafat dan ilmu pengetahuan
lainnya. Perhatian pada filsafat meningkat pada zaman Khalifah Al-Makun
(198-218 H/813-833 M).
Kelahiran ilmu filsafat Islam tidak terlepas dari adanya usaha
penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan
ke dalam bahasa Arab yang telah dilakukan sejak masa klasik Islam.
Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia
Islam: Pemikiran dan Peradaban disebutkan bahwa usaha penerjemahan ini tidak
hanya dilakukan terhadap naskah-naskah berbahasa Yunani saja, tetapi juga
naskah-naskah dari bebagai bahasa, seperti bahasa Siryani, Persia, dan India.
H.
Tokoh-tokoh filsafat islam
1.
Al kindi
a.
Riwayat
Nama lengkap Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq ibn al-shabbah ibn Imran ibn
Muhammad ibn al-Asy’as ibn Qais al-kindi. Namanya al-kindi dinisbahkan kepada
kindah, sebuah kabilah terkemuka pra Islam yang merupakan cabang dari Bani
Kahlan yang menetap di Yaman.
Lahir
di Kufah sekitar 185 H (801 M) dari keluarga kaya dan terhormat. Kakek buyutnya
merupakan sahabat Nabi yang gugur bersama Sa’ad bin Abi Waqqas dalam peperangan
antara kaum muslim dengan Persia di Irak. Sedangkan Ayahnya Ishaq ibn al-Sabbah merupakan gubernur Kufah di masa pemerintahan
Al-Mahdi (775-785 M) dan Al-Rasyid (786-809 M).
Al kindi besar di saat Daulah Abbasiyah pada puncak kejayaan dan
berkembangnya intelektual, khususnya di faham Mu’tazilah. Kemudian oleh
khalifah Al-Ma’mun diundang untuk mengajar di bait al-Hikmah dan mengasuh Ahmad
putra khalifah Al-mu’tasim. Lewat lembaga ini al-Kindi dikenal dan berjasa
dalam gerakan penterjemahan dan merupakan seorang pelopor yang memperkenalkan
tulisan-tulisan Yunani, Suriah, dan India kepada dunia Islam. Selain ilmu
penerjemahan al-Kindi juga menguasai berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran,
filsafat, semantik, geometri, aljabar, ilmu falak, astronimi dan gubah lagu.
Al-kindi termasuk filsuf Muslim pertama.[10]
b.
Karya-karyanya :
Sebagai seorang Filsuf Islam yang sangat produktif, diperkirakan
lebih dari 270 buah buku yang ditulisnya, diantaranya :
1.
Kitab
al-Kindi ila Al-Mu’tasim Billah fi al-Falsafah al-ula
2.
Kitab
al-Falsafah al-Dakhilat wa al-Masail al-Mantiqiyah wa al-Muqtashah wa ma fauqa
al-Thabi’iyah.
3.
Kitab
fi annahu la tanalu al-Falsafah illa bi ‘ilm al-Riyadhiyah.
4.
Kitab
fi Qasd Aristhathalis Fi al-Maqulat.
5.
Kitab
fi ibarah al-Jawami’ al-Fikriyah.
c.
Filsafatnya :
1.
Talfiq
atau memadukan antara agama dan Filsafat. Bertemunya agama dan filsafat dalam
kebenaran dan kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari keduanya.
2.
Metafisika,
Tuhan dalam filsafat al-Kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti mahiah dan
aniah.
3.
Jiwa
jiwa bersifat spiritual, ilahiyah, terpisah dan berbeda dari tubuh[11],
sedangkan jisim mempunyai sifat hawa nafsu dan pemarah
4.
Moral,
manusia harus menjauhkan diri dari keserakahan, al-Kindi juga mengecam para
ulama yang memperdagangkan agama untuk memperkaya diri dan filsuf yang
memperlihatkan jiwa kebinatangannya untuk mempertahankan kedudukannya dalam
negara.
2.
Al razi
a.
Riwayat
Nama lengkap abu bakar Muhammad ibn Zakaria ibn Yahya al-Razi, di
dunia barat dikenal dengan Rhazes. Lahir di Ray dekat Teheran 1 Sya’ban 251 h
(865 M), hidup pada masa Dinasti Saman (204-395 H). Al-Razi belajar kedokteran
kepada Ali ibn Rabban al-Thabari dan belajar filsafat kepada al-Balkhi. Pada
masa Mansyur ibn Ishaq ibn Ahmad ibn Asad sebagai Gubernur Ray, al-Razi
diserahi kepercayaan memimpin rumah sakit selama 6 tahun (290-296 H/902-908 M ).
Lalu pada pemerintahan khalifah Al-Muktafi (289-295 H) diminta memimpin rumah
sakit di Baghdad. Beliau dikenal sebagai dokter yang ramah, pemurah dan sayang
kepada pasien-pasiennya. Kemasyhuran al-Razi sebagai dokter tidak saja terkenal
di dunia timur, didunia barat mendapat sebutan The Arabic Galen. Al-Razi
wafat 5 Sya’ban 313 H di Ray karena penyakit Katarak, tidak mau diobati karena
merasa sudah melihat dunia dan isinya.
b.
Karya-karyanya :
Diperkirakan karya Al-Razi mencapai 200 judul diberbagai bidang keilmuan,
diantaranya :
1.
Kitab
al-Asrar (bidang kimia)
2.
Al-Hawi
(ensiklopedia Kedokteran)
3.
Al-Thibb
Al-Ruhani
4.
Al-Sirah
Al-Falsafiyah
5.
Maqalah
fi ma ba’d al-Thabi’iyah
c.
Filsafatnya :
1.
Metafisika,
Filsafat al-Razi dikenal dengan ajarannya “Lima Kekal” yakni Allah Ta’ala, Jiwa
Universal, materi pertama, ruang absolut dan masa Absolut. Menurutnya dua dari
lima yang kekal itu hidup dan aktif, yaitu Tuhan dan jiwa/roh Universal. Satu
daripadanya tidak hidup dan pasif, yaitu materi. Dua lainnya tidak hidup, tidak
aktif dan tidak pula pasif, yakni ruang dan masa.
2.
Moral,
pemikiran moral Al-Razi sebagaimana tertuang dalam bukunya Al-Thib al-Ruhani
dan Al-Sirah al-Falsafiyah, bahwa tingkah laku pun meslital
berdasarkan petunjuk rasio. Hawa nafsu harus berada di bawah kendali dan akal.
3.
Kenabian,
al-Razi menyanggah bahwa keteraturan kehidupan, manusia memerlukan nabi.
Pendapat yang kontroversial ini harus dipahami bahwa ia adalah rasionalis
murni. Akal menurutnya adalah karuniaAllah yang terbesar untuk manusia. Dengan
akal manusia dapat memperoleh manfaat sebanyak-banyaknya, bahkan dapat
memperoleh pengetahuan tentang Tuhan. Karena itu, manusia tidak boleh
menyia-nyiakan dan mengekang ruang gerak akal, tetapi membri kebebasan
sepenuhnya dalam segala hal. Jika akal tidak digunakan apa bedanya sama dengan
hewan
3.
Al Farabi
a.
Riwayatnya
Nama lengkapnya Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn
Auzalagh. Dikalangan orang latin dikenal dengan Abu Nashr/abunaser, lahir di
Turkistan 257 H keturunan seorang jnderal dari Persia. Dibeberapa literatur
mengatan al farabi hidup antara 259-339 H.[12]
Ketika
muda pernah belajar bahasa dan sastra Arab kepada Abu Bakar al-Saraj di Baghdad
dan Logika Filsafatnya kepada Abu Bisyr Mattinus ibn Yunus. Di Baghdad ia
banyak menulis dan membuat ulasan terhadap buku-buku Filsafat dan Yunani.
Al-Farabi lebih memilih hidup sederhana dan tidak tertarik dengan kemewahan dan
kekayaan.
Al-Farabi dikenal sebagai filsuf Islam terbesar, memiliki banyak
keahlian dalam berbagai keilmuan. Sehingga Ibnu Rusyd dan Ibnu Sina banyak
mengambil sistem Filsafatnya.
b.
Karyanya :
Banyak
hasil karyanya, diantaranya :
1.
Syuruh
Risalah Zainun al Kabir al-Yunani
2.
Al-Ta’liqat
3.
Risalah
al-‘Aql
4.
Al-Masail
al-Falsafiyah wa al-Ajwibah ‘anha
5.
Al-Ibanah
‘an Ghardi Aristo Fi Kitabi ma Ba’da al-Thalbi’ah
1.
Pemaduan
Filsafat, al-Farabi berusaha memadukan beberapa aliran Filsafat (al-falsafah
al-taufiqiyyah atau wahdah al-falsafah) yang berkembang sebelumnya, terutama
pemikiran Plato, Aristoteles dan Plotinus, juga antara agama dan Filsafat.
Karena itu, ia dikenal dengan Filsuf Sinkretisme yang mempercayai kesatuan
Filsafat. Dalam logika dan fisika ia dipengaruhi Aristoteles. Dalam maslah
akhlak dan Politik ia dipengaruhi oleh Plato, sedangkan dalam persoalan
metafisika ia dipengaruhi oleh Plotinus.
2.
Metafisika,
adapun masalah ketuhanan, Al-Farabi menggunakan pemikiran Aristoteles dan
Neo-Platoisme, yakni al-Maujud al-Awwal sebagai sebab pertama bagi segala yang
ada. Konsep ini tidak bertentangan dengan keesaan dalam ajaran Islam. Dalam
pembuktian adanya Tuhan, Al-Farabi mengemukakan dalil Wajib al-Wujud dan Mumkin
al-Wujud, menurutnya segala yang ada ini hanya dua kemungkinan dan tidak ada
alternatif yang ketiga.
3.
Jiwa,
tentang jiwa, Al-Farabi juga dipengaruhi oleh filsafat Plato, Aristoteles dan
Plotinus. Jiwa bersifat rohani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan
jiwa tidak erpindah-pindah dari suatu badan ke badan yang lain.
4.
Politik,
pemikiran ini banyak dipengaruhi oleh Plato yang menyamakan negara dengan tubuh
manusia, ada kepala, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya yang mempunyai
fungsi masing-masing.
5.
Al-farabi
menawarkan empat konsep untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi
bangsa-bangsa dan warga negaranya, 1. Keutamaan teoritis, 2. Keutamaan
pemikiran, 3. Keutamaan akhlak, 4. Keutamaan amaliah.
6.
Toeri
Kenabian, menurut al-farabi manusia dapat berhubungan dengan ‘Aql Fa’al melalui
dua cara, penalaran atau renungan pemikiran dan imajinasi atau intuisi. Ciri
khas seorang nabi adalah mempunyai daya imajinasi yang kuat dimana objek
indrawi dari luar tidak dapat mempengaruhinya.
4.
Ibnu sina
a.
Riwayatnya
Nama lengkapnya Abu Ali al-Husein ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn Ali
ibn Sina, lahir di Persia Utara 370 H. Ia mempunyai ingatan dan kecerdasan yang
luar biasa sehingga dalam usia 10 tahun telah mampu menghafal Al-Quran,
sebagian sastra Arab dan hafal buku metafisika karangan Aristoteles. Banyak
disiplin ilmu yang dia pelajari dan pahami secara baik. Pada masa mudanya Ibnu
Sina tertarik pada aliran syiah Ismailiyah dan aliran kebatinan tetapi tidak
mengikuti keduanya melainkan membuat aliran sendiri madzhab Sinawi. Banyak
perumpamaan-perumpamaan yang dibuat ibnu sina berdasarkan Logika, dan ini mudah
untuk dipahami.[14]
Didunia barat dikenal dengan sebutan Avicenna atau disebut juga
Aristoteles Baru. Pada akhir hayatnya ia menjadi guru filsafat dan dokter di
Isfahan dan meninggal di Hamadzan pada 428 H.
b.
Karyanya :
Pada usia 20 tahun sudah banyak menghasilkan karya yang cemerlang
sehingga tidak mengherankan kalau karyanya mencapai 267 karangan, diantaranya :
1.
Al-Syifa
2.
Al-najah
3.
Al-Qanun
fi al-Thibb
4.
Al-Hikma
al-‘Arudiyah
5.
Al-Mantiq
al-Masyriqiyyin
c.
Filsafatnya :
a.
Metafisika,
ibnu Sina membicarakan sifat wujudiyah sebagai yang terpenting dan mempunyai
kedudukan di atas segala sifat lain, walaupun esensi sendiri. Esensi dalam akal
dan selain itu diluar akal. Tuhan adalah unik dalam arti dia adalah kemaujudan
yang pasti, selain Dia bergantung kepada diri dan keberadaan Tuhan.
b.
Jiwa,
untuk membuktikan adanya jiwa, ibnu sina mengajukan beberapa argumen, 1.
Argumen psikofisik, 2. Argumen Aku dan kesatuan fenomena psikologis, 3. Argumen
kontinuitas, 4. Argumen manusia terbang di udara.
c.
Kenabian,
menurut ibnu sina para nabi mempunyai tingkatan akal yang paling tinggi, tidak
sama dengan akal pada manusia biasa. Mempunyai daya intuitif sangat tinggi
sehingga bisa berhubungan langsung dengan Malaikat.
d.
Tasawuf,
tasawufnya dimulai oleh akal yang dibantu oleh hati. Dengan kebersihan hati dan
pancaran akal, lalu akal akan menerima ma’rifah dari akal fa’al. Ibnu Sina
tidak menerima konsep manusia bersatu dengan Tuhan.
5.
Al ghazali
a.
Riwayatnya
Nama lengkapnya Abu Hamid ibn Muhammad ibn Ahmad al-Ghazali,
digelar Hujjah al-Islam, lahir di Iran 450 H. Terlahir dari keluarga yang
sederhana, namun mempunyai perhatian kepada agama yang sangat tinggi. Belajar
ilmu kalam dan mantiq kepada Al-Juwaini, karena kecerdasannya dia dikenal
sebagai pembahas paling pintar di zamannya. Menyatukan beberapa ragam keilmuan.[15]
Dimasa sultan Saljuk Maliksyah al-Ghazali mulai mengajar di nidzam
al-Muluk, karena merasa ragu dengan apa yang dipelajarinya selama ini akhirnya,
al-Ghazali melakukan Uzlah yang berakhir di tanah suci.
b.
Karyanya :
Jumlah
karyanya mencapai 300 buah, diantaranya :
1.
Maqashid
al-Falasifah
2.
Tahafut
al-Falasifah
3.
Ihya
‘Ulum al-Din yang merupakan karya terbesarnya
4.
Al-Ma’arif
al-‘Aqliah
5.
Mizan
al-‘Amal
c.
Filsafatnya :
1.
Epistimologi,
bagi al-Ghazali al-dzawq (intuisi) lebih tinggi da lebih dipercaya daripada
akal untuk menangkap pengetahuan yang betul-betul diyakini kebenarannya. Sumber
pengetahuan tertinggi tersebut dinbamakan juga al-nubuwwat, yang pada nabi-nabi
berbentuk wahyu dan pada manusia biasa berbentuk ilham.
2.
Metafisika,
dalam lapangan metafisika (ketuhanan), al-Ghazali memberikan reaksi keras
terhadap Neo-Platonisme Islam, neburutnya banyak sekali terdapat kesalahan
Filsuf, karena mereka tidak teliti seperti halnya dalam lapangan logika dan
matematika. Oleh karena itu Al-Ghazali mengecam Al-Farabi dan Ibn Sina.
Al-Ghazali membagi manusia kepada tiga golongan, kaum awam, kaum pilihan dan
kaum penengkar.
3.
Moral,
kebanyakan karya-karya akhirnya, bersifat etis moralitas yang menjamin
kebahagiaan sempurna. Adapun teori etika yang dikembangkannya bersifat religius
dan sufi. Akhlaq yang dikembangkan oleh Al-Ghazali bercorak teleologis (ada
tujuannya), sebab ia menilai akal mengacu pada akibatnya.
4.
Jiwa,
manusia menurut Al-Ghazali diciptakan Allah sebagai makhluk yang terdiri dari
jiwa dan jasad. Jiwa, yang menjadi inti hakikat manusia adalah makhluk
spiritual rabbani yang sangat halus (lathifa rabbaniyah ruhaniyyah). Jiwa
berada di alam spiritual sedangkan jasad di alam materi. Adapun hubungan jiwa
dan jasad dari segi pandangan moral adalah, setiap jiwa diberi jasad, sehingga
dengan bantuannya jiwa bisa mendapatkan bekal bagi hidup kekalnya. Jiwa
merupakan inti Hakiki manusia dan jasad hanyalah alat baginya untuk mencari
bekal dan kesempurnaan; karena jasad sangat diperlukan oleh jiwa maka ia harus
dirawat baik-baik.
6.
Ibnu rusyd
a.
Riwayat
Nama lengkapnya Abu al-Walid Muhammad ibn Muhammad ibn Rusyd,
dibarat dikenal dengan Averroes. Lahir di Cordova 520 H dari keluarga
yang alim dalam ilmu fiqih. Ia dilahirkan di saat para ahli fiqih tidak
simpatik terhadap ilmu-ilmu rasional. Di dalam usia yang muda Ibnu Rusyd telah
berhasil menghafal Al-Muwaththa’ karya Imam Malik. Belajar filsafat, teologi
dan logika dari Ibn Thufail. Ia dipandang sebagai Filsuf yang paling menonjol
pada periode perkembangan Filsafat Islam mencapai puncaknya.
Ia diangkat sebagai qadhi di Seville. Banyak karya aristoteles yang
ia tafsirkan sehingga disebut komentator Aristoteles. Sempat diasingkan dan
dipenjara tahun 1195 karena politik di Lucena 50 KM arah tenggara Cordova dan
buku-buku filsafatnya dibakar. Meninggal 9 safar 595 H.
b.
Karyanya :
Ibn Rusyd banyak menulis di berbagai bidang keilmuan, akan tetapi
yang banyak mendapatkan apresiasi oleh barat adalah karyanya Averroism adalah
komentatornya atas karya-karya Aristoteles, diantara karya-karyanya :
1.
Bidayah
al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid fi al-Fiqh
2.
Kitab
al-Kulliyat fi al-thib
3.
Tahafut
al-Tahafut[16]
4.
Al-Kasyf
‘an Manahij al-Adillah fi “Aqaid al-Millah
5.
Dhamimah
li Masalah al-Qadim
c.
Filsafatnya :
Metode
pembuktian kebenaran, untuk pembuktian kebenarana konsep/ tashdiq, ada tiga
metode yang digunakan, metode retorika, metode dialektik dan metode
Demonstratif. Metode retorik dan dialektik digunakan bagi manusia awam dan
metode demonstratif oleh sebagian kecil manusia.
1.
Metafisika,
dalam masalah ketuhanan, Ibn Rusyd berpendapat bahwa Allah adalah penggerak
pertama (muharrik al-awwal). Sifat positif yang dapat diberikan kepada Allah
ialah akal dan maqqul. Wujud Allah ialah Esa-Nya. Wujud dan ke-Esa-an tidak
berbeda dari zat-Nya. Konsepsi ini jelas dipengaruhi oleh Aristoteles,
Plotinus, Al-Farabi dan Ibn Sina.
2.
Tanggapan
terhadap Al-Ghazali, melalui buku Tahafut al-Tahafut Al-Ghazali melancarkan
kritik keras terhadap para filsuf dalam 20 masalah, tiga diantaranya bisa
menyebabkan kekafiran, sehubungan dengan penyerangan tersebut Ibn Rusy tampil
membela para filsuf lainnya dengan Tahafut al-Tahafut yang menegaskan
al-Ghazalilah yang kaca dalam pemikiran.
3.
Moral,
ibnu Rusyd membenarkan teori Plato bahwa manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan kerjasama untuk memenuhi keperluan hidup dan mencapai kebahagiaan.
Dan untuk mencapainya diperlukan agama dan filsafat.
4.
Averroisme,
ketika buku-bukunya dibakar, murid-murid ibnu rusyd segera menerjemahkan ke
berbagai bahasa , jadi yang hilang hanya bahasa Arab, sedangkan bahasa lainnya
masih tetap ada, ini bukti cintanya murid-murid terhadap Ibn Rusyd. Penerimaan
pemikiran Ibn Rusyd di Eropa terbagi kepada dua kelompok, yaitu kelompok yang
menentang pemikiran-pemikiran Ibn Rusyd, dalam hal ini kelompok gereja,
sedangkan yang mendukungnya dari kelompok ilmuwan.
BAB III
Kesimpulan
Sebagai calon ilmuwan-ilmuwan muslim sudah sepantasnya kita ikut
andil dalam menyelami lautan ilmu di bidang filsafat. Semakin memahami filsafat
maka kehidupan kita akan semakin terarah karena dengan berfilsafat kita akan
semakin mengetahui jati diri kita sebenarnya. Kita akan semakin paham dengan
teori-teori filsafat yang dikemukakan oleh filsuf Muslim saat itu. Semua Filsuf
mempunyai niat sama yakni membantu manusia untuk lebih mudah dalam memahami
maslah ketuhanan, manusia dan alam sekitar sehingga menjadi sebuah kebudayaan
yang baik. Jika dulu ada al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan
al-Ghazali maka hari ini ada kita semua yang akan meneruskan tradisi
intelektual para filsuf muslim.
Daftar Pustaka
al diidi, Abdul fataah. Al Ittijâhât Al Mu’âsiroh Fi
Al-Falsafah. al-haiat
al-misriyah al ‘ammah lilkitâb,1985.
al-Nasar, Musthofa. Madkhol Ila Al-Falsafah.
Al-Qahiroh : al-daar al-
misriyah al-su’udiyah, 2005.
Asy’arie, Dr. Musa. Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berfikir.
Yogyakarta : Lembaga Studi Filsafat Islam, 1999.
Drs. Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta
: Bumi Aksara, 2009.
Nasution, Dr. Hasyimsyah, MA. Filsafat Islam. Jakarta
: Gaya Media
Pratama, 1999.
Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag dan Prof.Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu
Kalam untuk UIN, STAIN dan PTAIS. Bandung : CV. Pustaka Setia 2001.
Rescher, Nicholas. Studies In Arabic Philosophy.
University of
Pittsburgh
Press, 1966.
Rusyd, Ibn. Tahafut at-Tahafut sanggahan terhadap Tahafut al-
Falasifah. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2004.
Suseno, Franz Magnis. Filsafat sebagai Ilmu Kritis.
Yogyakarta :
Penerbit Kanisius, 1992.
www. Republika.co.id
[1] . Prof.
Dr. Abdul Rozak, M.Ag dan Prof. Dr. Rosihan Anwar, M.Ag, Ilmu kalam untuk
UIN,STAIN dan PTAIS, pustaka setia Bandung, hal.14.
[2] . Drs.
Surajiyo, Ilmu Filsafat suatu pengantar, bumi aksara, jakarta 2009. Hal 1.
[3] .
musthofa Nasar, madkhol ila al-falsafat, daar al Misriyah al-Su’udiyah,
qohiroh, hal 13.
[4] . Drs.
Surajiyo, Ilmu Filsafat suatu pengantar, bumi aksara, jakarta 2009. Hal 7-8.
[5] . Drs.
Surajiyo, Ilmu Filsafat suatu pengantar, bumi aksara, jakarta 2009. Hal 13.
[6] . Frans
Magnis Suseno, Filsafat sebagai Ilmu Kritis, Pustaka Filsafat, karnisius
Yogyakarta. 1992. Hal 19.
[7] . Abdul
fataah al-Didi, al-ittijaahaat al-mu’asiroh fi al-falsafah, al-haiat
al-misriyah al-‘ammah lilkitaab, 1985.hal 3.
[8] . Dr.
Musa Asy’arie, Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berfikir, Lembaga Studi
Filsafat Islam, Yogyakarta 1999, hal 1-5.
[9] . Dr.
Hasyimsyah Nasution, MA. Filsafat Islam, Gaya media pratama Jakarta 1999. hal 2.
[10] .
Mustofa al-Nasar, madkhol ila al-falsafah, al-daar al-misriyah al-su’uudiyah,
al-qahiroh 2005. Hal 81.
[11] . ahmed
Fouad el-Ehwani, “al-kindi”, dalam MM Sharif, A History of Muslim Philosophy,
hal. 432.
[12] .
Mustofa al-Nasar, madkhol ila al-falsafah, al-daar al-misriyah al-su’uudiyah,
al-qahiroh 2005. Hal 84.
[13] . Dr.
Hasyimsyah Nasution, MA. Filsafat Islam, Gaya media pratama Jakarta 1999. hal
34.
[14] .
Nicholas Rescher, Studies in Arabic Philosophy, University of Pittsburgh press,
1966.hal 48
[15] .
Mustofa al-Nasar, madkhol ila al-falsafah, al-daar al-misriyah al-su’uudiyah,
al-qahiroh 2005. Hal 93.
[16] . ibnu
Rusyd, Tahafut at-Tahafut sanggahan terhadap Tahafut al-Falasifah. Pengantar
Drs. M.FahmiMuqoddas, M.Hum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar