A. pendahuluan
Bangsa Inggris semenjak permulaan abad 17
telah tiba di India sebagai pedagang dengan angkatannya yang bernama "The
East India Company" mengetahui pertentangan-pertentangan antara sesama
wilayah bawahan kesultanan Islam di satu pihak, dan antara kesultanan Islam dan
bekas kerajaan Hindu sebagai taklukannya di pihak lain, akhirnya bangsa Inggris
melaksanakan politik menggali di air keruh. Selera mereka tumbuh hendak
menguasai wilayah, terutama di sekitar pabrik-pabrik yang telah mereka dirikan.
Dengan politik adu domba yang lihai mereka berhasil. Madras dikuasai pada tahun
1639. Kota Bombay tahun 1660 jatuh pula ke tangan mereka.
Demikianlah selanjutnya dengan kekuatan
angkatan bersenjata, politik adu-domba dan senjata uang, kekuasaan hakiki kesultanan
Islam Munghal dilumpuhkan. Walupun sesekali memberontak, tetapi tetap bisa
dikalahakan oleh Inggris. Hal yang sama diderita pula oleh raja-raja Hindu,
seperti kerajaan Maratha, yang mencoba melawan Inggris pada tahun 1817-1818.
Begitu juga pada tanggal 10 Mei 1857 umat Hindu dan umat Islam mengadakan
pemberontakan terhadap penguasa Inggris namun masih belum mendapatkan hasil.
Setelah hancunya Gerakan Mujahidin dan
Kerajaan Mughal sebagai akibat dari pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad
Khan untuk memimpin umat Islam India.[1] Ahmad
Khan, tokoh pembaruan yang berusaha mendekati pemerintahan Inggris. Ahmad Khan
berpendapat bahwa menentang kekuasaan Inggeris tidak akan membawa kebaikan bagi
ummat Islam India, tetapi akan menjadikan umat Islam semakin mundur serta akan
jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India. Selain itu dasar ketinggian dan
kekuatan Barat, termasuk di dalamnya Inggris, adalah ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Sehingga untuk mendapatkan kemajuan, umat Islam harus pula
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh
ummat Islam memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan itu
bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki
dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
Gerakan pembaharuan Islam di India dilatar
belakangi oleh: ajaran Islam sudah bercampur baur dengan paham dan praktek
keagamaan dari Persia, Hindu atau Animisme dan lain – lain, pintu ijtihad
tertutup, kemajuan kebudayaan dan peradaban Barat telah dapat dirasakan oleh
orang-orang India, baik orang Hindu maupun kaum Muslimin, namun orang Hindu-lah
yang banyak menyerap peradaban Barat, sehingga orang Hindu lebih maju dari
orang Islam dan lebih banyak dapat bekerja di Kantor Inggris.[2]
Apa yang dilakukan oleh Ahmad Khan menunjukkan bahwa
ia adalah seorang intelektual muslim sejati. Ini dapat terlihat dari sikapnya
yang terbuka terhadap hal dari luar, ia bersedia mendengarkan segala hal diluar
komunitasnya (islam), ia tidak cepat apriori terhadap pengaruh tersebut
sebagaimana para ahli agama waktu itu, namun ia pikirkan pengaruh itu dan ia
mengambil kesimpulan bahwa yang diajarkan inggris mengenai ilmu pengetahuan dan
tehnologi harus dipelajari dan dikuasai oleh umat Islam. Karakteristik yang penting
adalah kejujuran dan kesetiaan pada cita-citanya untuk membangun India setarap
dengan bangsa-bangsa lain di Dunia dengan mendirikan lembaga pendidikan
Aligarth College sebagai basis kaderisasi anak bangsa dimasa mendatang.
B.
Biografi Sayyid Ahmad Khan
Sir Sayyid
Ahmad Khan dikenal sebagai seorang tokoh pembaru di kalangan umat Islam India
pada abad ke-19. Dia dilahirkan di India pada 6 Dzulhijjah 1232 Hijriyah atau
17 Oktober 1817 Masehi di kota Delhi[3]
dan meninggal dunia pada 27 Maret 1898 M, pada usia 81 tahun. Ayahnya Mir
Muttaqi, seorang pertapa salih, yang sangat besar pengaruhnya di Istana Kaisar,
Mughal Akbar Shah II.[4]
Setelah mengundurkan diri dari jabatannya, ia menghabiskan hampir seluruh
waktunya bersama Ghulam Ali seorang suci Mujaddid pada saat itu. Ahmad Khan
muda menjadi orang yang salih karena ajaran Shah Ghulam Ali. Ahmad Khan belajar
ilmu kenegaraan dan diperkenalkan pada kebudayaan Barat oleh Kakeknya dari
pihak ibu, khawaja Fariduddin yang selama delapan tahun menjadi perdana menteri
kaisar Mughal Akbar II.[5]
Dari garis bapaknya, Ahmad Khan keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW
melalui Husein ra. Oleh karena itu ia boleh memakai gelar sayyid. Ia pun
mendapat gelar Sir dari kerajaan Inggris atas jasanya menjalin hubungan baik
antara masyarakat Islam dengan kerajaan Inggris di tengah mayoritas Hindu di
India.[6]
Ahmad Khan
mendapat didikan tradisional dalam pendidikan agama dimulai dari membaca
Al-Quran. Setelah itu ia melanjutkan studinya ke maktab. Disini ia belajar
bahasa Persia, Arab dan matematika, disamping itu Geometri dan ilmu kedokteran
juga dipelajarinya. Pendidikan formalnya berakhir ketika ia berusia 18 tahun.
Peristiwa kematian ayahnya pada 1838 M membawa perubahan besar dalam hidupnya.
Kenyataan ini berdampak Psikologi dan Finansial terhadap keluarganya. Karena ia
memutuskan untuk bekerja pada serikat india timur meskipun keluarganya tidak
menyetujuinya, karena diantara mereka masih ada perasaan anti Inggris. Kemudian
ia bekerja sebagai hakim. Tahun 1846 ia kembali ke delhi Untuk melanjutkan
pendidikannya.[7]
Ketika terjadi pemberontakan umat Hindu dan umat Islam terhadap penguasa
Inggris pada tanggal 10 Mei 1857, Ahmad Khan berada di Bignaur sebagai salah
seorang pegawai peradilan.
Dalam peristiwa
ini dia tidak ikut memberontak, bahkan banyak membantu melepaskan orang-orang
Inggris yang teraniaya di Bignaur. Atas jasa-jasanya, pemerintah Inggris
menganugerahkan gelar Sir dan memberikan berbagai hadiah kepadanya. Ahmad Khan
menerima gelar tersebut, tetapi dia menolak hadiah-hadiah itu, kecuali
kesempatan untuk berkunjung ke Inggris pada tahun 1869. Kesempatan tersebut
dimanfaatkan olehnya untuk meneliti lebih jauh sistem pendidikan serta
menyaksikan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Inggris.[8]
C.
Gerakan Alighar
Ide-ide
pembaharuan yang dicetuskan oleh Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan
selanjutnya oleh murid serta pengikut dan timbullah apa yang dikenal dengan
gerakan Alighar. Pusatnya ialah sekolah MAOC yang didirikan pemimpin
pembaharuan Islam India itu di Alighar. Setelah ditingkatkan menjadi
Universitas, dengan nama Universitas Islam Alighar di tahun 1920, perguruan
tinggi ini meneruskan tradisi sebagai pusat gerakan pembaharuan Islam di India.
Gerakan Alighar inilah yang menjadi
penggerak Utama bagi terwujudnya pembaharuan di kalangan Umat Islam India.
Tanpa adanya gerakan ini, ide-ide pembaharuan selanjutnya seperti yang
dicetuskan oleh Amir Ali, Muhammad Iqbal, maulana Abul kalam Azad dan
sebagainya tidak akan timbul. Gerakan ini pula yang meningkatkan ummat Islam
india dari masyarakat yang mundur menjadi masyarakat yang bangkit menuju
kemajuan. Ini menjadi besar pengaruhnya bagi golongan intelegensia Islam India.[9]
Setelah Sayyid
Ahmad Khan menghadapi masa tus, pimpinan MAOC pindah tangan ke Sayyid Ali yang
dikenal dengan nama Nawab Muhsin Al-Mulk (1837-1907). Pada mulanya ia adalah
pegawai serikat India ti ur, keudian menjadi pembesar di Hyderabad. Ia pernah
berkunjung ke Inggris untuk keperluan pemerintah Hyderabad. Di tahun 1863 ia
berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan antara keduanya terjalin tali
persahabatan yang erat. Ia pindah ke Alighar dan menetap disana mulai dari
tahun 1893. Di tahun 1897 ia menggantikan kedudukan Sayyid Ahmad Khan di MAOC.
Nawab Muhsin Al-Mulk besar jasanya dalam menyebarkan ide-ide Sayyid Ahmad Khan
dan ini dilakukannya melalui Muhammedan Educational Conference. Ia pula yang
dapat membuat golongan ulama India merubah sikap keras mereka terhadap gerakan
Alighar. Ia berhasil mempopulerkan gerakan Alighar dengan semakin banyak jumlah
muridnya, di zamannya muridnya mencapai 800 yang sebelumnya 300an, dia pun
tidak segan untuk ikut terjun di dalam dunia politik.
Pimpinan lain
yang berpengaruh adalah Viqar Al-Mulk (1841-1917). Ia semenjak muda telah
menjadi pembantu dan pengikut Sayyid Ahmad Khan. Di tahun 1907 ia menggantikan
Nawab Muhsin Al-Mulk dalam pimpinan MAOC. Dimasanya kekuasaan direktur yang
dipegang oleh Inggris berkurang. Ini yang menyebabkan antaranya dan direktur
dari Inggris mulai bersitegang yang berakhir dengan mundurnya orang Inggris
dari jabatan direktur.
Di masa
pimpinan Viqar Al-Mulk, ketergantungan Gerakan Alighar kepada Inggris mulai
berkurang dan tidak lagi sekeras di zaman Sayyid Ahmad Khan. Terhadap
pendidikan wanita ia lebih progresif dari Sayyid Ahmad Khan yang memandang
bahwa kaum wanita belum perlu mendapatkan pendidikan seperti kaum lelaki. Dalam
sosial politik ia berpendapat bahwa Ummat Islam India merupakan suatu kesatuan
tersendiri di samping Umat Hindu tetapi tidak anti Hindu.
Adapun cirri-ciri
pokok gerakan Aligarh sebagaimana yang disampaikan oleh Mustafa Khan dalam An
Apology for the New Light 1891 yaitu:
1.
Gerakan
ini ingin mengadopsi berbagai macam peradaban Eropa.
2.
Gerakan
ini menginginkan adanya perbaikan kondisi sosial, terutama sosial minoritas
Muslim India.
3.
Gerakan
ini menginginkan adanya perubahan pemahaman keagamaan dari yang bercorak
tradisional menuju corak modern.
Diantara
pemimpin-pemimpin gerakan Alighar adalah:
1.
Sir
Sayyid Ahmad Khan
2.
Sayyid
Mahdi Ali atau Nawab Muhsin Al-Mulk
3.
Viqar
Al-Mulk
4.
Altaf
Husain Hali
5.
Muhammad
Syibli Nu’mani
D. Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan: Bidang Politik
Pada tahun 1857, di India pemberontakan antara penduduk India yang beragama
Hindu dan kelompok Mujahiddin. Peristiwa 1857 ini dalam sejarah India dikenal
dengan nama pemberontakan 1857. Pemberontakan ini sebenarnya diawali oleh
kelompok Sikh Hindu yang merasa kekuatan dan pengaruhnya mulai berkurang,
karena gencarnya dakwah Islam yang dipelopori oleh kelompok Mujahiddin yang
berhasil mengangkat Bahadursyah sebagai raja dengan cara masuk menjadi anggota
pasukan militer Inggris. Pemberontakan ini mengalami kegagalan, dan para
pemimpin Mujahiddin yang tertangkap kemudian dibuang. Di pihak Inggris,
Islamlah yang dianggap pemicu sehingga Inggris berusaha menghancurkan orang
Muslim, dan sebagai alasannya adalah disebabkan karena Bahadur Syah turut serta
dalam pemberontakan.
Dalam peristiwa pemberontakan ini, Sayyid Ahmad Khan, mengambil posisi pada
pihak Inggris, dengan tujuan memberi penjelasan bahwa sebenarnya orang-orang
Islam bukanlah pencetus dari peristiwa tersebut. Bukti keberpihakan Sayyid
Ahmad Khan terhadap Inggris adalah membebaskan pasukan Inggris yang ditawan
pasukan sisa-sisa Mujahiddin. Sikap yang ditetapkan oleh Sayyid Ahmad Khan ini
secara lansung membawa hasil yang baik bagi orang Islam. Penguasa Inggris yang
pada awalnya memihak dan terhasut oleh orang-orang Hindu bisa menjadi simpati
terhadap orang Islam, bahkan Sayyid Ahmad Khan diberi gelar penghormatan dan
kedudukan oleh penguasa Inggris. Peranan yang dimainkan oleh Sayyid Ahmad Khan
ini dilakukan atas dasar suatu kesadaran politik bahwa India (khususnya umat
Islam) tidak akan mampu berhadapan dengan kekuatan Inggris. Oleh karena itu,
India harus berhadapan dengan kekuatan Inggris. Oleh karena itu, India harus
memperlakukan Inggris sebagai mitra dalam upaya menjalin kerja sama untuk
tujuan-tujuan yang lebih luas demi kepentingan India sendiri. Peranan ini
berhasil ia mainkan dan ia mampu mengubah pandangan Inggris terhadap umat
Islam. Ia bahkan menyatakan bahwa pemerintah Inggris adalah pemerintah yang
sah, yang didalamnya orang Islam bisa hidup damai.
Di masa pemberontakan 1857 ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya
kekerasan dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan.
Pihak Inggris menggangap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas
jasanya tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggris kepadanya dapat ia tolak.
Gelar Sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat ia terima. Hubungannya dengan
pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat Islam
India.
Ia berusaha menyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, umat
Islam tidak memainkan peranan utama. Untuk itu ia keluarkan pamflet yang
mengandung penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada pecahnya pemberontakan
1857. Di antara sebab-sebab yang ia sebut adalah yang berikut:
1. Intervensi
Inggris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada
yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris, pembentukan
sekolah-sekolah misi Kristen, dan penghapusan pendidikan agama dari
perguruan-perguruan tinggi.
2. Tidak turut
sertanya orang-orang India, baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-lembaga
perwakilan rakyat, hal yang membawa kepada:
a.
Rakyat India tidak mengetahui tujuan
dan niat Inggris, mereka anggap Inggris
datang untuk meroboh agama mereka menjadi Kristen.
b.
Pemerintah Inggris tidak mengetahui
keluhan-keluhan rakyat India.
3. Pemerintah
Inggris tidak berusaha mengikat tali persahabatan dengan rakyat India, sedang
kestabilan dalam pemerintahan bergantung pada hubungan baik dengan rakyat.
Sikap tidak menghargai dan tidak menghormati rakyat India, membawa kepada
akibat yang tidak baik.[10]
Dalam pada
itu ia mengakui bahwa diantara golongan Islam yang turut dalam pemberontakan
1857 ada yang melakukan perbuatan-perbuatan tidak baik dan tercela, dan
perbuatan itu di ca sebagai tindakan kriminal. Tetapi kalau hanya segolongan
umat Islam yang bersalah tidaklah pada tempatnya untuk mengngap semua umat
Islam di India salah dan Inggris tidak berhak menaruh rasa curiga terhadap umat
Islam India. Dengan usaha dan sikap setia yang ia tunjukkan kepada Inggris
Ahmad Khan berhasil merubah pandangan Inggris terhadap Umat Islam India. Kepada
para umat Islam dilarang untuk melawan melainkan bersikap teman dan bersahabat
dengan pemerintahan Ingggris. Dan cita-citanya pun berhasil untuk menyatukan
umat Islam India dengan Inggris.
E.
Pembaharuan
Sayyid Ahmad Khan: Bidang pemikiran Keagamaan
sebelum tahun 1857 ketika Ahmad Khan menetap di Delhi 1817-1857, ia
merupakan sosok muslim tradisionalis. Pemikiran keagamaannya apabila dilihat
pada tema-tema tulisannya sangat bercorak puritan, sectarian dan apologetic.
Meskipun demikian sejak permulaan abad ke-19 umat Islam India telah melakukan
kontak dengan Inggris, pemikiran keislaman Ahmad Khan selama periode ini belum
terpengaruh dengan suasana yang mengitarinya. Sumber Inspirasi pemikirannya
ialah gerakan pembaharuan keagamaan yang dipelopori oleh Shah Waliyullah dan
gerakan Wahabi. Pemikiran keagamaannya selama periode ini secara luas
terefleksi dalam tulisannya sebelum tahun 1857, seperti dalam buku Jilaul Qulub
bi Zik al-Mahbub (menyucikan hati dengan mengingat yang dicintai). Buku ini
berisi cerita kelahiran, wafat, wahyu dan peristiwa-pwristiwa yang dialami Nabi
Muhammad. Setelah revolusi 1857, Ahmad Khan benar-benar menjalin Kerjasama
dengan pihak Inggris. Sebagai hasil hubungan baik itu ia diberi kesempatan
mengadakan lawatan ke Inggris. Disini ia melihat kemunduran bangsanya bila
dibandingkan dengan negara lain, peristiwa ini memberikan nuansa baru di dalam
pemikiran dan pola pikirnya.[11]
Sayyid Ahmad Khan melihat fakta bahwa Umat Islam India mengalami kemunduran
dikarenakn tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah
hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat. Dasar perdaban baru ini adalah
ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan tknologi modern adalah
hasil pikiran manusia. Oleh karena itu akal mendapat penghargaan tinggi bagi
sayyid ahmad Khan. Tetapi sebagai orang Islam yang percaya kepada wahyu, ia
berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak terbatas. Karena ia percaya pada
kekuatan dan kebebasan akal, meskipun mempunyai batas. Ia percaya pada
kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menetukan kehendak dalam melakukan
perbuatan. Dalam kata lain ia mempunya faham qadariyah (free will dan free
act) dan tidak paham jabariyah atau fatalisme. Manusia, menurutnya
dianugerahi oleh daya-daya diantaranya daya berfikir disebut akal dan daya
fisik untuk menentukan kehendaknya dan manusia mempunyai kebebasan untuk
mempergunakan daya-daya yang diberikan kepadanya. Maka menurut Ahmad Khan akal
harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.[12]
Ada juga yang mengatakan bahwasannya Sayyid Ahmad Khan dan Muhammad Iqbal
termasuk penggemar Falsafat Barat sehinnga tidak mengherankan berbagai aliran
falsafat Anglo-Saxon menjaadi pengaruh Utama di universitas-universitas Sampai
sekarang.[13]
Sejalan dengan faham qadariyah (manusia mempunya kebebasan dan kekuatan
sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya)[14]
yang dianutnya, ia percaya bahwa bagi tiap makhluk tuhan telah menentukan
tabi’at atau naturnya. Dan natur yang ditentukan Tuhan yang dalam Al-Quran
disebut Sunnah Allah tidak berubah. Islam adalah agama yang mempunyai paham
hukum alam. Antara hukum alam, sebagai ciptaan Tuhandan Al-Quran sebagai sabda
tuhan tidak ada pertentangan dan keduanya mesti sejalan.
Adapun Alam menurut Sayyid Ahmad Khan berjalan dan beredar sesuai dengan
hukum alam yang telah ditentukan oleh tuhan. Segalanya dalam alam terjadi
menurut hukum sebab akibat, tetapi wujud semuanya tergantung pada sebab pertama
(Tuhan). Kalau ada sesuatu yang terputus hubungannya dengan sebab pertama,
wujud sesuatu itu akan lenyap. Karena kuatnya kepercayaannya pada hukum alam
dan kerasnya ia mempertahankan konsep hukum alam, itu dianggap kafir oleh
golongan Islam yang belum menerima. Bagi mereka percaya pada hukum kepada
keyakinan tidak adanya Tuhan. kepadanya diberi julukan Nechari, kata Urdu yang
berasal dari Inggris, nature dalam laws of nature sewaktu Jamaluddin Al-Afghani
berkunjung ke India di tahun 1869 tuduhan golongan Islam diatas disampaikan
kepadanya dan sebagai jawaban ia keluarkan bukunya Al-Radd ‘ala Al-Dahriyyin
(jawaban bagi kaum materialis).
Sejalan dengan Ide diatas ia menolak faham taqlid bahkan tidak segan-segan
menyerang paham ini, sumber ajaran dalam Islam hanyalah Al-Quran dan Hadis. Pendapat
ulama di masa lampautidak mengikat bagi umat Islam dan diantara pendapat mereka
ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman modern dan itu dapat ditinggalkan.
Masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan dan oleh karena itu perlu
diadakan ijtihad baru untuk pelaksanaan ajaran-ajaran dengan kondisi masyarakat
yang berubah. Dalam mengadakan ijtihad, ijma’ dan qiyas baginya tidak merupakan
sumber ajaran Islam yang absolut. Hadis juga tidak semuanya bisa diterima karena ada hadis buat-buatan
bahkan palsu. Ia kan menerima hadis setelah dilakukan penelitian terhadapnya.
Inilah pokok-pokok pemikiran Sayyid
Ahmad Khan mengenai pembaharuan dalam Islam. Ide –ide yang dimajukannya banyak
kesamaan dengan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir.[15]
Keduanya sama-sama memberi penghargaan tinggi pada akal, sama-sama menganut
qadariyah, sama-sama percaya pada hukum alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang
Taqlid dan sama-sama membuka pintu ijtihad.[16]
F.
Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan:
Bidang Pendidikan
Sayyid Ahmad khan berpendapat lewat tulisannya dalam buku Tazib Al-Akhlaq,
cara mengubah mental yang tepat memang melalui pendidikan. Di tahun 1861 ia
dirikan sekolah Inggris di Muradabad. Di tahun 1876 ia diminta berhenti sebagai
pegawai pemerintahan Inggris dan sampai akhir hayatnya di tahun 1898, ia mementingkan
pendidikan umat Islam di India. Di tahun 1878, ia mendirikan sekolah Muhammedan
Anglo Oriental College (M.A.O.C) di Alighar yang merupakan karyanya yang
bersejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan Umat Islam India.
Menurut penulis I.H.Qureshi, sekolah itu mempunyai peranan penting dalam
kebangkitan ummat Islam India dan sekiranya tidak karena sekolah itu umat Islam
India di Pakistan sekarang akan jauh lebih ketinggalan dari umat lainnya.
MAOC dibentuk sesuai dengan model sekolah di Inggris dan bahasa yang
dipakai didalamnya dalah bahasa Inggris. Direkturnya berbangsa Inggris dan
stafnya banyak orang berbangsa Inggris. Ilmu pengetahuan modern merupakan
sebahagian besar dari mata pelajaran yang diberikan akan tetapi pendidikan
agama tidak diabaikan. Di MAOC pendidikan agama Islam dan ketaatan siswa
menjalankan ajaran agama diperhatikan dan dipentingkan. Sekolah tersebut
terbuka bukan hanya untuk orang Islam melainkan Hindu, Parisi dan Kristen.
Sebelumnya di Tahun 1969/1970 Sayyid Ahmad Khan telah berkunjung ke Inggris,
antara lain untuk mempelajari sistem pendidikan barat. Sekembalinya dari
kunjungan itu ia membentuk panitia peningkatan pendidikan ummat Islam. Salah
satu tujuan panitia adalah menyelidiki sebabnya umat islam India sedikit sekali
memasuki sekolah-sekolah pemerintahan. Di samping itu dibentuk pula panitia
dana pembentukan perguruan tinggi Islam. Di tahun 1886 ia bentuk Muhammedan
Educational Conference dalam usaha mewujudkan pendidikan nasional dan
seragam untuk umat Islam India. Program dari lembaga ini ialah menyebar-luaskan
pendidikan barat di kalangan umat Islam, menyelidiki pendidikan yang diberikan
di sekolah-sekolah Inggris yang didirikan oleh golongan Islam dan menunjang
pendidikan agama yng diberikan di sekolah-sekolah swasta.
Perhatian Sayyid Ahmad Khan terhadap pendidikan Ummat Islam memang besar,
tetapi pengaruhnya tidak terbatas dalam dunia pendidikan saja. Melalui buku
karangannya dan tulisannya di Tahzib Al-Akhlaq ide-ide pembaharuan yang
dicetuskannya menarik perhatian golongan terpelajar Islam India. Karena mereka
lebih mudah menerima tafsiran baru dibandingkan tafsiran-tafsiran lama.[17]
Aligharth College adalah karya besar Akhmad Khan dalam bidang pendidikan.
Aligarth merupakan lembaga pendidikan Islam modern yang dikembangkan olehnya
dari hasil studi panjangnya di Inggris. Sistem pendidikannya berbeda dengan
sistem pendidikan Islam yang ada pada waktu itu. Perbedaan tersebut nampak
dalam hal materi dan tujuan pendidikan.
Dari segi materi Aligarth memasukkan pengetahuan umum (ilmu pengetahuan
umum dan tehnologi) dalam pembelajarannya. Dengan memberikan pelajaran umum ini
Ahmad Khan menginginkan hilangnya dikotomi ilmu yang ada pada benak dan pikiran
masyarakat Islam India. Terlihat dari penyusunan cabang ilmu pegetahuan yang
diajarkan di Aligarth. Dalam susunan itu ilmu-ilmu agama dijadikan sebagai
salah satu cabang ilmu pengetahuan, bukan menjadi cabang tersendiri yang
terpisah dari ilmu pengetahuan yang lain. Akhmad Khan tidak menginginkan adanya
keterpisahan ilmu pengetahuan dalam pandangan umat Islam India.
Dari sudut tujuan, Aligarth College memiliki tujuan yang bebeda dengan
lembaga pendidikan Islam mainstrem. Ia memiliki tujuan membentuk ulama intelek,
yaitu orang yang memiliki keahlian dalam bidang pengetahuan agama dan juga
mahir dalam ilmu pengetahuan umum. Dengan demikian diharapkan lulusan Aligarth
College memiliki intelegensi yang tinggi dan adaptif dengan perkembangan zaman
dan peradaban modern dengan kepribadian muslim. Perbedaan dengan lembaga
pendidikan Islam mainstrem terlihat dari penambahan ilmu pengetahuan umum yang
pada era ini sama sekali tidak tersentuh oleh lembaga pendidikan Islam yang
lain.
Kiprah perguruan tinggi inilah yang membuatnya dijuluki sebagai bapak
pendidikan modern India. Sejumlah tokoh penting pernah mempunyai sangkutan
sejarah dengan perguruan tinggi ini, Sebut misalnya tokoh pergerakan nomor satu
India mahatma Gandhi dan Ishwari Prasad. Mantan presiden India, Zakir Hussain
dan presiden Maldives, Abdul Ghayoom juga pernah tercatat sebagai siswa
perguruan tinggi ini. Perguruan tinggi ini memiliki 12 fakultas yang semuanya
diunggulkan,yaitu seni budaya, ilmu sosial, sains, Life Sciences, bisnis,
teknik dan teknologi, kedokteran, pengobatan tradisional, hukum, pertanian,
manajemen, dan teologi. Saat ini, mahasiswa di Aligarh datang dari seluruh
dunia, terutama Asia Barat, Asia Tenggara, dan Afrika.
Sayyid Ahmad Khan memang berpendapat bahwa pendidikanlah satu-satunya jalan
bagi Ummat Islam India untuk mencapai kemajuan. Kemajuan tidak akan bisa
dicapai melalui jalan politik. Oleh karena itu ia menganjurkan supaya ummat
Islam India jangan turut campur dalam agitasi politik yang dilancarkan partai
kongres. Namun usaha-usaha untuk merubah sikapnya terhadap partai Kongres tidak
berhasil. Ia mengatakan Partai Kongres hanya akan merugikan umat Islam di India
karena tidak ada dasar yang tetap.
G.
Pemikiran
Sosial dan reformasi
Pemikiran sosial Ahmad Khan sangat
erat kaitannya dengan pemikiran keagamaannya, sangat modern dan rasional. Hal
ini terlihat pada konsepnya bahwa kemajuan Barat itu bukan karena Kristennya,
tetapi kemajuan itu diraih dengan kemampuan intelektual sehingga dapat
dikembangkan sains dan teknologi dan umat Islam mampu berbuat seperti itu.
Islam sebagai agama monoteisme sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan. Ia memberi kebebasan kepada manusia menentukan kehendaknya sendiri
asal tidak mengganggu hak asasi manusia yang lain. Agama Islam sangat toleran
dan Hormat terhadap agama lain. Demikian pula penghormatan yang diberikan Islam
kepada selain Nabi Muhammad SAW sama halnya sebagai menghormati Nabi Muhammad,
Ahmad Khan melakukan di dalam masyarakat supaya mereka mengikuti. Meskipun
demikian antara umat Hindu dan Islam terdapat perbedaan-perbedaan. Dari segi
akidah dan sosial, dari segi sosial golongan Islam adalah minoritas, sedangkan
umat Hindu mayoritas. Kelompok minoritas tidak yakin bahwa dikemudian hari
kelompok mayoritas akan bersikap adil dalam menjalani konstelasi politiknya,
maka Ahmad Khan mendekati Inggris dengan dua pertimbangan. Pertama, Inggris
merupakan bangsa yang lebih kuat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
dibandingkan India, menentangnya jelas merugikan umat Muslim India. Kedua,
mendekati Inggris akan memperoleh manfaat yang bsa digunakan untuk kemajuan
bangsa India.[18]
H.
Karya-karya
Sayyid Ahmad Khan
Disamping tokoh pembaharu Sir Sayyid Ahmad Khan termasuk
tokoh yang produktif dalam mengeluarkan hasil karyanya melalui buku dan
kegemaran ini sudah dilakukan sejak mudanya, diantaranya:[19]
1.
Atsar al-Sanadid (1874) yang
merupakan hasil penelitiannya tentang arkeologi di Delhi dan sekitarnya
2.
Essay on life of Muhammad (1870).
3.
Ibthal al- Ghulami (1890).
4.
Tabyin al-Kalam (1860).
5.
Tarikh Sarkhasi Bignaur (1858).
6.
Asbab Baghawat Hind (1858)
I.
Kesimpulan
Begitu besar jasa-jasa Sayyid Ahmad
Khan bagi perkembangan keintelektualan Muslim Di India, seakan-akan lentera
yang redup karena ekspansi Inggris ke India menyala kembali khususnya bagi
muslim di India. Meskipun di awal-awal usahanya banyak mendapatkan pertentangan
dari banyak orang, khususnya ulama saat itu akan tetapi Ahmad Khan tidak gentar
untuk terus melakukan usaha-usahnaya untuk kemajuan umat Islam di India.
Pikiran maju Ahmad Khan sangat membantu untuk sedikit membuat muslim India
mampu ikut dalam pemerolehan ilmu pengetahuan dan teknologiyang semakin hari
semakin maju, mungkin jika saat itu tidak ada seorang Ahmad Khan diyakini
kondisi sosial, politik dan pendidikan Muslim India tidak akan semaju Sekarang.
Dengan gerakan Aligharnya yang
menjadi benteng terdepan dalam bidang pendidikan mampu membuka sebagian banyak
mata penduduk India akan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
meyakini barat menjadi bangsa yang terdepan dalam bidang itu, pilihannya hanya
dua, ikut dan mendapatkan hasilnya atau menentang yang mengakibatkan kehancuran
bangsanya. Dengan mengekor Inggris dan menerapkan konsep pendidikan ala eropa,
Ahmad Khan mampu menciptakan intelektual-intelektua Muslim India yang mampu
berkiprah di dunia dan bersanding dengan ilmuwan-ilmuwan dari negara lain.
Bahkan salah satu pesantren di Ponorogo menamakan salah satu gedungnya dengan
“Alighar” agar supaya dari gedung tersebut muncul semangat-semangat baru,
pemikir-pemikir baru yang mampu memberikan kontribursi untuk umat Islam.
Saat ini dibutuhkan Ahmad Khan Ahmad
Khan Baru untuk melanjutkan misinya yang mulia membuat umat Islam tidak
tertingal dengan umat-umat lain di berbagai bidang khususnya dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Daftar
Pustaka
Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam (Sejarah
Pemikiran dan Gerakan), Jakarta: penerbit Bulan Bintang, 1975.
Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,
Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2009.
Rukamana, Aan dan Mauludi, Syahrul, Peta Falsafat Islam di Indonesia,
jurnal Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 2, Juli 2014.
Rusli, Ris’an, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Jakarta: Rajawali
Press 2013.
Syafei, Makhmud, Perkembangan Modern Dunia Islam, Bandung: Yasindo multi
aspek dan valeu press, 2010.
www. Story of Pakistan.com
Yusuf, Yunan, Alam Pikiran Islam pemikiran Kalam: dari Khawarij ke Buya
Hamka hingga Hasan Hanafi, Jakarta: Prenadamedia Group 2014.
[1]
Harun Nasution, pembaharuan dalam Islam (sejarah pemikiran dan gerakan),
Djakarta: Bulan Bintang. Hal 169.
[2]
artikel ahmad khan/sayid ahmad khan/MUALLAF
KONSEP PENDIDIKAN SYED AHMAD KHAN.htm
[3]
Sultan pawakkang, ide-ide pembaharuan sir sayyid ahmad khan, karya ilmiah. Hal
2.
[5]
Mahmud Syafei, Perkembangan modern dunia Islam, Bandung: Yasindo multi aspek
dan valeu press, 2010, hal 50.
[6]
Yunan Yusuf, alam pikiran islam pemikiran kalam: dari khawarij ke buya hamka
hingga hasan hanafi, jakarta: prenada media Group, 2014. Hal 200.
[7]
Harun Nasution, Islam Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, Universitas
Indonesia: 2009
[8]
Artikel ditulis oleh zaenal Arifin, konsep pendidikan syeikh Amad Khan.
[9]
Harun Nasution, pembaharuan dalam Islam (sejarah pemikiran dan gerakan),hal
168.
[10]
Harun Nasution, pembaharuan dalam Islam (sejarah pemikiran dan gerakan),hal
170-171.
[11]
Makhmud Syafei, perkembangan Modern Dunia Islam, Bandung: Yasindo multi aspek
dan valeu press, 2010 Hal 54.
[12]
Yunan yusuf, alam pikiran Islam pemikiran kalam: dari khawarij ke buya Hamka
hinga hasan Hanafi, jakarta: prenadamedia 2014, hal.200
[13]
Aan rukamana dan Sahrul Mauludi, Peta Falsafat Islam di Indonesia, jurnal Ilmu
Ushuluddin, Volume 2, Nomor 2, Juli 2014. Hal 148.
[14]
Harun Nasution, teologi Islam Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan,
Universitas Indonesia: 2009, hal 33.
[15]
Ris’an rusli, pembaharuan pemikiran Modern dalam Islam, Jakarta: raja Grafindo
persada 2013. Hal 106.
[16]
Harun nasution, Islam Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, Universitas
Indonesia: 2009, hal 173.
[17]
Harun nasution, Islam Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, Universitas
Indonesia: 2009, hal 175.
[18]
Makhmud Syafei, perkembangan Modern Dunia Islam, Bandung: Yasindo multi aspek
dan valeu press, 2010 Hal 59.
[19]
Artikel ditulis oleh zaenal Arifin, konsep pendidikan syeikh Amad Khan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar