Senin, 13 April 2015

Teori Puisi




BAB I
Pendahuluan
A.    Latar belakang Masalah
Secara bahasa, adab memiliki minimal tiga arti : sopan santun, ilmu humaniora dan sastra. Dalam pengertian sastra, adab (sastra) terbagi ke dalam dua bagian besar : al-adab al-wasfi (sastra deskriptif/nonimajinatif) dan al-adab al-isya’i (sastra kreatif). Al-adab al-wasfi sering disebut juga dengan Al-‘ulûm al-adabiyyah. Al-adab al-wasfi terdiri dari tiga bagian : sejarah sastra (tariikh adab), kritik sastra (naqd al-adab), dan teori sastra (nazariyah al-adab).
Sementara itu, al-adab al-insyai adalah ekspresi bahasa yang indah dalam bentuk puisi, prosa, atau drama yang menggunakan gaya bahasa yang berbeda dari gaya bahasa biasa, karena mengandung aspek estetika bentuk dan makna (memuat rasa, imajinasi, dan pikiran), yang karenanya mempengaruhi rasa dan pikiran penikmatnya (pembaca atau pendengar), serta kekuatan isi sebagiannya mengajak mereka pada hal-hal etis. Dan adapun al-adab al-insya’i (sastra kreatif Arab) dibagi ke dalam tiga bagian besar : puisi (as-Syi’ir), prosa (nasr), dan drama (al-masrohiyah).
Karya sastra terdiri atas dua jenis sastra (genre), yaitu prosa dan puisi. Biasanya, prosa disebut juga karangan bebas, sedangkan puisi disebut karangan terikat. Prosa itu karangan bebas berarti bahwa prosa tidak terikat oleh aturan-aturan ketat. Puisi itu karangan terikat berarti puisi itu terikat oleh aturan-aturan ketat. Akan tetapi pada waktu sekarang, para penyair berusaha melepaskan diri dari aturan-aturan yang ketat itu. Dengan demikian terjadilah kemudian dengan apa yang disebut sajak bebas. Akan tetapi, sungguhkah sajak itu bebas, sajak itu tetap tidak bebas, tetapi yang mengikat adalah hakikatnya sendiri, bukan aturan yang ditentukan oleh suatu yang diluar dirinya. Aturan di luar puisi itu ditentukan oleh penyair yang membuat dahulu atau masyarakat. Hal ini tampak pada puisi lama yang harusmengikuti aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar, yaitu aturan bait, baris, jumlah kata dan pola sajak, terutama sajak akhir.



BAB II
Pembahasan
A.    Pengertian puisi
Dalam kesusasteraan indonesia ada dua istilah sajak dan puisi. Keduanya sering dicampur adukkan penggunaann. Dalam bahasa indonesia (Melayu) dahulu hanya dikenal satu istilah sajak yang berarti poize ataupun gedicht . poize (puisi) adalah jenis sastra (genre) yang berpasangan dengan istilah prosa. Gedicht adalah individu karya sastra, dalam bahasa Indonesia sajak, misalnya sajak Aku. Jadi dalam bahasa Indonesia hanya ada istilah sajak, baik untuk poize maupun gedicth.
Menurut Wirjosoedarmo puisi itu terikat oleh banyak baris dalam tiap bait, banyak kata dalam tiap baris, banyak suku kata dalam tiap baris, rima dan irama.
Sebagai contoh yang sesuai dengan pengertian Wirjosoedarmo.
Gembala
Perasaan siapa/tidakkan nyala
Melihat anak/berlagu dendang
Seorang sahaja/ditengah padang
Tiada berbaju/buka kepala
Beginilah nasib/anak gembala
Berteduh dibawah/kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah/di senja kala
Garis miring (/) dari penulis untuk memperjelas sajak M .Yamin. sajak itu terikat oleh jumlah priodus, yaitu ada dua periodus tiap baris. Periodus adalah bagian pembentuk baris sajak.
Puisi adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
Menurut BP Situmorang perkataan puisi berasal dari bahasa Yunani yang juga dalam bahasa Latin poites (Latin poeta). Mula-mula artinya pembangun, pembentuk dan pembuat. Adapun dalam kamus sastra, panuti Sudjiman (1990:64) menguraikan bahwa puisi (poetry, inggris, poesie, prancis) adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra dan rima serta penyusunan larik dan bait.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1988:706), puisi dimaknai sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait. Dan pada akhirnya secara sederhana pengertian puisi itu adalah membangun, menyebabkan menimbulkan dan menyair. Maksa sederhana itu berkembang dan menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut irama, sajak, kata-kata kiasan.
B.     Pembagian Puisi
Adapun puisi itu dibagi menjadi dua :
1.       PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
a)    Jumlah kata dalam 1 baris
b)    Jumlah baris dalam 1 bait
c)    Persajakan (rima)
d)   Banyak suku kata tiap baris
e)    Irama
2.      Ciri-ciri Puisi Lama
Ciri puisi lama:
a) Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
b) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

3. Jenis dan contoh puisi lama
a) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contoh : Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukamu
b) Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran,  2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
c) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek. Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi(a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
d) Seloka adalah pantun berkait. Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Dimana hati takkan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
e) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat. Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
f) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita. Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
4.      PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
5. Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi, simetris;
b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
d) Sebagian besar puisi empat seuntai;
e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
6. Jenis-jenis dan Contoh Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
a) Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Contoh : Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “ Balada Matinya Seorang Pemberontak”
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Contoh :
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Contoh :
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Contoh :
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Contoh :
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)

C.    Macam-macam Analisis dalam puisi :
1.      Analisis semiotika ini berusaha untuk menganalisis puisi dengan tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai arti. Dengan melihat variasi di dalam struktur dalam atau hubungan didalamnya, maka akan dihasilkan macam-macam arti. Analisis semiotik itu tidak dapat dipisahkan dari analisis struktural, tugas semiotik ini adalah membuat asumsi sehingga akan terproduksi arti dalam sebuah puisi. menurut Ferdinand (Redyanto, 2010 : 80) sebagai sistem tanda bahasa (makna) besifat konvensional.
2.      Analisis Struktural adalah bagian yang terpenting dalam merebut makna di dalam karya sastra itu sendiri. Penelitian struktural dipandang lebih objektif karena hanya berdasarkan sastra itu sendiri. Peneliti strukturalis biasanya mengandalkan pendekatan egosentrik yaitu pendekatan penelitian yang berpusat pada teks sastra itu sendiri
3.      Analisis heuristik harus di ulang kembali dengan bacaan retroaktif dan ditafsirkan secara hermeneutik berdasarkan konvensi sastra (puisi), yaitu sistem semiotik tingkat kedua. Konvensi sastra yang memberikan makna itu di antaranya konvensi ketaklangsungan ucapan (ekspresi) sajak.
4.      Pembacaan hermeneutik adalah pembacaaan karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau berdasarkan konvensi sastranya. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang (retroaktif) sesudah pembacaan heuristik dengan memberi konvensi sastranya.



D.    Contoh analisis Puisi secara struktural :
 Puisi Penerimaan karya Chairil Anwar:
a.    Pilihan Kata
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

(Deru Campur Debu,1959:36)
Kata-kata di dalam sajak adalah kata-kata yang sama sekali berbeda dengan teks dalam bentuk yang lain. Kata-kata dalam sajak memiliki peran sangat esensial karena ia tidak saja harus mampu menyampaikan gagasan, tetapi juga dituntut untuk mampu menggambarkan imaji sang penyair dan memberikan impresi ke dalam diri pembacanya, karena itu kata-kata dalam puisi lebih mengutamakan intuisi, imajinasi, dan sintesis.
Pilihan kata yang digunakan seorang Chairil Anwar sangat indah, karena kata-kata yang digunakan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami misalnya dalam sajak yang berjudul “Penerimaan” di atas. Selain itu, penyusunan kata-katanya sangat tepat dan pemilihan untuk pembentukan sebuah sajak memperhatikan kesesuaiaan kata yang digunakan serta penyusunan antar kata sangat indah.
b.   Tema
Tema puisi Penerimaan karya Chairil Anwar di atas ialah kisah cinta seorang manusia yang dihianati oleh pasangannya sendiri. Bukan hanya itu, kisah cinta ini meninggalkan luka yang mendalam sehingga orang yang ditinggalkan mengalami trauma yang berkepanjangan dan hidup menyendiri.
c.    Amanat
Amanat yang ingin disampaikan pengarang melalui puisi Penerimaan karya Chairil Anwar di atas ialah agar setiap orang menyadari pentingnya rasa kesetiaan dan kasih sayang terhadap pasangan. Entah itu pemuda-pemudi yang sedang memadu kasih, terlebih lagi bagi pasangan suami istri yang telah menikah. Unsur ketulusan cinta dan kesetiaan si pengarang terlihat melalui bait “Kalau kau mau kuterima kau kembali; Dengan sepenuh hati; Aku masih tetap sendiri”.
d.   Bahasa Kiasan
Bahasa kiasan merupakan alat yang dipergunakan penyair untuk mencapai aspek kepuitisan atau sebuah kata yang mempunyai arti secara konotatif tidak secara sebenarnya. Dalam penulisan sebuah sajak bahasa kiasan ini digunakan untuk memperindah tampilan atau bentuk muka dari sebuah sajak. Bahasa kiasan dipergunakan untuk memperindah sajak-sajak yang ditulis seorang penyair. Bahasa sajak yang tedapat dalam puisi Penerimaan karya Chairil Anwar adalah sebagai berikut.  
-  Repetisi
Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam sajak terdapat dalam:
Kalau kau mau ku terima kau kembali
...
Kalau kau mau kuterima kembali
...


-  Simile atau Persamaan
Simile atau Persamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam sajak terdapat dalam:
..
Bak kembang sari sudah terbagi
...
-  Pesonifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati seolah-olah hidup. Dalam sajak terdapat dalam:
...
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
e.    Citraan
Citraan adalah satuan ungkapan yang dapat menimbulkan hadirnya kesan keindrawian atau kesan mental tertentu. Unsur citraan dalam sebuah puisi merupakan unsur yang sangat penting dalam mengembangkan keutuhan puisi, sebab melaluinya kita menemukan atau dihadapkan pada sesuatu yang tampak konkret yang dapat membantu kita dalam menginterpretasikan dan menghayati sebuah puisi secara menyeluruh dan tuntas.
Citraan dalam puisi terdapat tujuh jenis citraan, yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan gerak, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan pencecapan, dan citraan suhu. Penggunaan citraan dalam puisi melibatkan hampir semua anggota tubuh kita, baik alat indra maupun anggota tubuh, seperti kepala, tangan, dan kaki. Untuk dapat menemukan sumber citraan yang terdapat dalam puisi, pembaca harus memahami puisi dengan melibatkan alat indra dan anggota tubuh untuk dapat menemukan kata-kata yang berkaitan dengan citraan.
Dalam sajak “Penerimaan” citraan yang digunakan misalnya yaitu citraan penglihatan tedapat dalam”aku masih tetap sendiri, sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi. Cermin dapat dilihat dengan indera mata sehingga menggunakan citraan penglihatan.









Daftar Pustaka

Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Kalsik dan Modern, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Drs. Atmazaki, Ilmu Sastra teori dan terapan, Angkasa Raya.
Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012.
Rachmat Djoko Pradopo, dkk, Materi pokok Puisi, Jakarta : Universitas Terbuka, 2007.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar