BAB
I
Pendahuluan
A. Latar belakang Masalah
Secara bahasa, adab memiliki minimal tiga arti : sopan santun, ilmu
humaniora dan sastra. Dalam pengertian sastra, adab (sastra) terbagi ke dalam
dua bagian besar : al-adab al-wasfi (sastra deskriptif/nonimajinatif) dan
al-adab al-isya’i (sastra kreatif). Al-adab al-wasfi sering disebut juga dengan
Al-‘ulûm al-adabiyyah. Al-adab al-wasfi terdiri dari tiga bagian : sejarah
sastra (tariikh adab), kritik sastra (naqd al-adab), dan teori sastra
(nazariyah al-adab).
Sementara itu, al-adab al-insyai adalah ekspresi bahasa yang indah
dalam bentuk puisi, prosa, atau drama yang menggunakan gaya bahasa yang berbeda
dari gaya bahasa biasa, karena mengandung aspek estetika bentuk dan makna
(memuat rasa, imajinasi, dan pikiran), yang karenanya mempengaruhi rasa dan
pikiran penikmatnya (pembaca atau pendengar), serta kekuatan isi sebagiannya
mengajak mereka pada hal-hal etis. Dan adapun al-adab al-insya’i (sastra
kreatif Arab) dibagi ke dalam tiga bagian besar : puisi (as-Syi’ir), prosa
(nasr), dan drama (al-masrohiyah).
Karya sastra terdiri atas dua jenis sastra (genre), yaitu prosa dan
puisi. Biasanya, prosa disebut juga karangan bebas, sedangkan puisi disebut
karangan terikat. Prosa itu karangan bebas berarti bahwa prosa tidak terikat
oleh aturan-aturan ketat. Puisi itu karangan terikat berarti puisi itu terikat
oleh aturan-aturan ketat. Akan tetapi pada waktu sekarang, para penyair
berusaha melepaskan diri dari aturan-aturan yang ketat itu. Dengan demikian
terjadilah kemudian dengan apa yang disebut sajak bebas. Akan tetapi,
sungguhkah sajak itu bebas, sajak itu tetap tidak bebas, tetapi yang mengikat
adalah hakikatnya sendiri, bukan aturan yang ditentukan oleh suatu yang diluar
dirinya. Aturan di luar puisi itu ditentukan oleh penyair yang membuat dahulu
atau masyarakat. Hal ini tampak pada puisi lama yang harusmengikuti
aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar, yaitu aturan bait, baris, jumlah kata
dan pola sajak, terutama sajak akhir.
BAB
II
Pembahasan
A.
Pengertian
puisi
Dalam
kesusasteraan indonesia ada dua istilah sajak dan puisi. Keduanya sering
dicampur adukkan penggunaann. Dalam bahasa indonesia (Melayu) dahulu hanya
dikenal satu istilah sajak yang berarti poize ataupun gedicht .
poize (puisi) adalah jenis sastra (genre) yang berpasangan dengan istilah
prosa. Gedicht adalah individu karya sastra, dalam bahasa Indonesia sajak,
misalnya sajak Aku. Jadi dalam bahasa Indonesia hanya ada istilah sajak, baik
untuk poize maupun gedicth.
Menurut
Wirjosoedarmo puisi itu terikat oleh banyak baris dalam tiap bait, banyak kata
dalam tiap baris, banyak suku kata dalam tiap baris, rima dan irama.
Sebagai contoh yang sesuai dengan pengertian Wirjosoedarmo.
Gembala
Perasaan
siapa/tidakkan nyala
Melihat
anak/berlagu dendang
Seorang
sahaja/ditengah padang
Tiada
berbaju/buka kepala
Beginilah
nasib/anak gembala
Berteduh
dibawah/kayu nan rindang
Semenjak
pagi meninggalkan kandang
Pulang
ke rumah/di senja kala
Garis miring (/) dari penulis untuk memperjelas sajak M .Yamin.
sajak itu terikat oleh jumlah priodus, yaitu ada dua periodus tiap baris.
Periodus adalah bagian pembentuk baris sajak.
Puisi
adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris
serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas
puisi lama dan puisi baru.
Menurut BP Situmorang
perkataan puisi berasal dari bahasa Yunani yang juga dalam bahasa Latin poites
(Latin poeta). Mula-mula artinya pembangun, pembentuk dan pembuat. Adapun dalam
kamus sastra, panuti Sudjiman (1990:64) menguraikan bahwa puisi (poetry,
inggris, poesie, prancis) adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh
irama, matra dan rima serta penyusunan larik dan bait.
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) (1988:706), puisi dimaknai sebagai ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait. Dan
pada akhirnya secara sederhana pengertian puisi itu adalah membangun,
menyebabkan menimbulkan dan menyair. Maksa sederhana itu berkembang dan
menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut irama,
sajak, kata-kata kiasan.
B.
Pembagian
Puisi
Adapun puisi itu dibagi menjadi dua :
1.
PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
a)
Jumlah kata dalam 1 baris
b)
Jumlah baris dalam 1 bait
c)
Persajakan (rima)
d)
Banyak suku kata tiap baris
e)
Irama
2.
Ciri-ciri
Puisi Lama
Ciri puisi lama:
a) Merupakan
puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
b) Disampaikan
lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c) Sangat
terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
3. Jenis dan contoh puisi lama
a) Mantra
adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contoh : Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukamu
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukamu
b) Pantun
adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya
sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak,
muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
c) Karmina
adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek. Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi(a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
d) Seloka
adalah pantun berkait. Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Dimana hati takkan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan
Dimana hati takkan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
e) Gurindam
adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi
nasihat. Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
f) Syair
adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak
a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita. Contoh :
Pada zaman dahulu kala
(a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
4. PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi
lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
5. Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi, simetris;
b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair
meskipun ada pola yang lain;
d) Sebagian besar puisi empat seuntai;
e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan
sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian
besar) : 4-5 suku kata.
6. Jenis-jenis dan Contoh Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
a) Balada
adalah puisi berisi kisah/cerita. Contoh : Puisi karya Sapardi
Djoko Damono yang berjudul “ Balada Matinya Seorang Pemberontak”
b) Himne
adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Contoh :
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
d) Epigram
adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Contoh :
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
e) Romance
adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
f) Elegi
adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Contoh :
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
g)
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Contoh :
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
C.
Macam-macam
Analisis dalam puisi :
1.
Analisis semiotika ini berusaha untuk menganalisis puisi dengan
tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra
mempunyai arti. Dengan melihat variasi di dalam struktur dalam atau hubungan
didalamnya, maka akan dihasilkan macam-macam arti. Analisis semiotik itu tidak
dapat dipisahkan dari analisis struktural, tugas semiotik ini adalah membuat
asumsi sehingga akan terproduksi arti dalam sebuah puisi. menurut Ferdinand
(Redyanto, 2010 : 80) sebagai sistem tanda bahasa (makna) besifat konvensional.
2.
Analisis Struktural adalah bagian yang
terpenting dalam merebut makna di dalam karya sastra itu sendiri. Penelitian
struktural dipandang lebih objektif karena hanya berdasarkan sastra itu
sendiri. Peneliti strukturalis biasanya mengandalkan pendekatan egosentrik
yaitu pendekatan penelitian yang berpusat pada teks sastra itu sendiri
3. Analisis heuristik harus di ulang kembali dengan bacaan retroaktif
dan ditafsirkan secara hermeneutik berdasarkan konvensi sastra
(puisi), yaitu sistem semiotik tingkat kedua. Konvensi sastra yang memberikan
makna itu di antaranya konvensi ketaklangsungan ucapan (ekspresi) sajak.
4. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaaan karya sastra berdasarkan
sistem semiotik tingkat kedua atau berdasarkan konvensi sastranya. Pembacaan
hermeneutik adalah pembacaan ulang (retroaktif) sesudah pembacaan heuristik
dengan memberi konvensi sastranya.
D. Contoh analisis Puisi secara struktural :
Puisi Penerimaan karya Chairil Anwar:
a.
Pilihan Kata
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
(Deru Campur Debu,1959:36)
Kata-kata di
dalam sajak adalah kata-kata yang sama sekali berbeda dengan teks dalam bentuk
yang lain. Kata-kata dalam sajak memiliki peran sangat esensial karena ia tidak
saja harus mampu menyampaikan gagasan, tetapi juga dituntut untuk mampu
menggambarkan imaji sang penyair dan memberikan impresi ke dalam diri
pembacanya, karena itu kata-kata dalam puisi lebih mengutamakan intuisi,
imajinasi, dan sintesis.
Pilihan kata
yang digunakan seorang Chairil Anwar sangat indah, karena kata-kata yang
digunakan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami misalnya dalam sajak yang
berjudul “Penerimaan” di atas. Selain itu, penyusunan kata-katanya sangat tepat
dan pemilihan untuk pembentukan sebuah sajak memperhatikan kesesuaiaan kata
yang digunakan serta penyusunan antar kata sangat indah.
b.
Tema
Tema puisi Penerimaan
karya Chairil Anwar di atas ialah kisah cinta seorang manusia yang
dihianati oleh pasangannya sendiri. Bukan hanya itu, kisah cinta ini
meninggalkan luka yang mendalam sehingga orang yang ditinggalkan mengalami
trauma yang berkepanjangan dan hidup menyendiri.
c.
Amanat
Amanat yang
ingin disampaikan pengarang melalui puisi Penerimaan karya Chairil Anwar di
atas ialah agar setiap orang menyadari pentingnya rasa kesetiaan dan kasih
sayang terhadap pasangan. Entah itu pemuda-pemudi yang sedang memadu kasih,
terlebih lagi bagi pasangan suami istri yang telah menikah. Unsur ketulusan
cinta dan kesetiaan si pengarang terlihat melalui bait “Kalau kau mau
kuterima kau kembali; Dengan sepenuh hati; Aku masih tetap sendiri”.
d.
Bahasa
Kiasan
Bahasa
kiasan merupakan alat yang dipergunakan penyair untuk mencapai aspek kepuitisan
atau sebuah kata yang mempunyai arti secara konotatif tidak secara sebenarnya.
Dalam penulisan sebuah sajak bahasa kiasan ini digunakan untuk memperindah
tampilan atau bentuk muka dari sebuah sajak. Bahasa kiasan dipergunakan untuk
memperindah sajak-sajak yang ditulis seorang penyair. Bahasa sajak yang tedapat
dalam puisi Penerimaan karya Chairil Anwar adalah sebagai berikut.
- Repetisi
Repetisi
adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap
penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam sajak
terdapat dalam:
Kalau kau
mau ku terima kau kembali
...
Kalau kau
mau kuterima kembali
...
- Simile atau
Persamaan
Simile atau
Persamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu langsung
menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam sajak terdapat dalam:
..
Bak kembang
sari sudah terbagi
...
...
- Pesonifikasi
Personifikasi
adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati seolah-olah
hidup. Dalam sajak terdapat dalam:
...
Sedang
dengan cermin aku enggan berbagi.
e.
Citraan
Citraan
adalah satuan ungkapan yang dapat menimbulkan hadirnya kesan keindrawian atau
kesan mental tertentu. Unsur citraan dalam sebuah puisi merupakan unsur yang
sangat penting dalam mengembangkan keutuhan puisi, sebab melaluinya kita
menemukan atau dihadapkan pada sesuatu yang tampak konkret yang dapat membantu
kita dalam menginterpretasikan dan menghayati sebuah puisi secara menyeluruh
dan tuntas.
Citraan
dalam puisi terdapat tujuh jenis citraan, yaitu citraan penglihatan, citraan
pendengaran, citraan gerak, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan
pencecapan, dan citraan suhu. Penggunaan citraan dalam puisi melibatkan hampir
semua anggota tubuh kita, baik alat indra maupun anggota tubuh, seperti kepala,
tangan, dan kaki. Untuk dapat menemukan sumber citraan yang terdapat dalam
puisi, pembaca harus memahami puisi dengan melibatkan alat indra dan anggota
tubuh untuk dapat menemukan kata-kata yang berkaitan dengan citraan.
Dalam sajak
“Penerimaan” citraan yang digunakan misalnya yaitu citraan penglihatan tedapat
dalam”aku masih tetap sendiri, sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi.
Cermin dapat dilihat dengan indera mata sehingga menggunakan citraan
penglihatan.
Daftar
Pustaka
Sukron
Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Kalsik dan Modern, Jakarta: Rajawali
Pers, 2011.
Drs.
Atmazaki, Ilmu Sastra teori dan terapan, Angkasa Raya.
Antilan
Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012.
Rachmat
Djoko Pradopo, dkk, Materi pokok Puisi, Jakarta : Universitas Terbuka,
2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar